KetikPos.com -- Musik, seperti kehidupan, terkadang membawa kita melalui perjalanan yang penuh liku dan ketegangan. Namun, di tengah semua itu, ada kisah manis tentang perdamaian dan persahabatan yang terjalin di antara harmoni musik.
Kisah ini membawa kita pada tahun-tahun gemilang musik Indangdutdonesia, di mana dua genre yang tampaknya bertolak belakang, dangdut dan rock, menemukan jalan untuk bersatu.
Baca Juga: Soneta Group: Melodi Kejayaan Dalam Gelombang Perubahan
Tabir Konflik
Pada dekade 1970-an, dunia musik Indonesia diwarnai oleh konflik antara dua genre yang sedang populer saat itu: dangdut dan rock.
Pernyataan kontroversial dari Benny Soebardja, menganggap dangdut sebagai 'musik tai anjing', memicu reaksi keras dari Rhoma Irama yang menyebut musik rock sebagai 'terompet setan'.
Konflik ini menciptakan divisi di antara penggemar kedua genre tersebut, bahkan memicu adu fisik dan kontroversi di dunia musik.
Perjalanan Menuju Perdamaian
Namun, di tengah gejolak konflik, terdapat cahaya kecil dari kedua belah pihak yang berusaha untuk memperbaiki hubungan.
Benny Soebardja, dengan rendah hati, menyadari kekeliruannya dan menyatakan niatnya untuk berkolaborasi dengan Soneta Group, grup musik dangdut pimpinan Rhoma Irama.
Meskipun kolaborasi tersebut tidak terjadi, langkah-langkah kecil menuju perdamaian telah dimulai.
Baca Juga: Harmoni Dakwah Melalui Suara Dangdut: Refleksi Rhoma Irama dalam Moderasi Beragama
Harmoni yang Muncul