KetikPos.com– Langit dini hari masih gelap ketika Bima Nasution menempelkan matanya ke teleskop pribadinya. Jam menunjukkan pukul 03.00 WIB, dan di hadapannya dua cahaya terang di langit bersiap bertemu: Bulan dan Saturnus. Tiga puluh menit berikutnya menjadi sejarah – dan kamera Bima menjadi saksi.
Saturnus, planet bercincin yang biasanya berdiri gagah di langit timur, perlahan hilang di balik wajah Bulan. Peristiwa itu disebut okultasi, atau lebih akrab dikenal publik sebagai “Gerhana Saturnus”. Selama 28 menit, Saturnus seolah “lenyap” dari jagat pandangan, sebelum akhirnya muncul kembali dari sisi lain Bulan.
“Rasanya kayak magic. Saturnus pelan-pelan hilang, lalu nongol lagi. Itu bikin merinding,” kata Bima sambil menunjukkan rekaman videonya, yang kini viral di TikTok lewat akun @bims_stagram.
Bima, Sang Penerjemah Langit
Bima Nasution bukan nama asing di dunia edukasi astronomi Indonesia. Di balik layar ponsel dan teleskopnya, ia menghidupkan langit malam untuk jutaan pengikut: 1,7 juta di TikTok dan 460 ribu di YouTube.
Ia sering menggelar siaran langsung: mengarahkan teleskop ke Bulan, planet, atau nebula, lalu menjelaskannya dengan gaya santai. Saat Gerhana Matahari beberapa bulan lalu, lebih dari satu juta orang menyaksikan live-stream-nya.
“Saya cuma pengen bikin orang Indonesia merasa dekat dengan langit. Astronomi itu kan udah jadi bagian dari budaya manusia sejak nenek moyang,” ujar Bima. “Kalau kita sering menengok ke atas, kita jadi lebih sadar betapa kecilnya kita di semesta.”
Apa Itu Okultasi?
Dalam astronomi, okultasi terjadi saat satu benda langit menutupi benda langit lain dari sudut pandang Bumi. Pada 25 Juli itu, Bulan – hanya berjarak 384 ribu km – menutupi Saturnus yang letaknya 1,34 miliar km. Dari Kota Padang, jarak keduanya di langit tampak rapat, hanya sepertiga diameter Bulan.
Fenomena ini jarang sekali bisa diamati dengan jelas. Bagi Indonesia, okultasi Saturnus berikutnya baru akan terjadi lagi tahun 2041, alias 17 tahun mendatang.
Dari Misteri ke Misi
Video rekaman Bima bukan hanya suguhan visual menakjubkan. Ia menjadi pengingat bahwa astronomi tidak sekadar urusan ilmuwan dengan teleskop raksasa, tapi juga ruang partisipasi publik. Dari halaman rumah, siapa pun bisa ikut menyaksikan kisah semesta.
Bima menutup videonya dengan pesan sederhana:
“Kalau kalian nonton ini, anggap aja kalian beruntung. Karena 17 tahun lagi baru bisa lihat lagi. Jadi nikmati dan simpan baik-baik momen ini.”
Dan malam itu, dari Padang, seorang anak muda Indonesia mengirimkan kisah Bulan dan Saturnus ke jutaan mata di bumi.