iptek

Upaya Kurangi Emisi, Pesisir Bangka Miliki Hutan Mangrove Empat Lapis

Jumat, 7 April 2023 | 11:00 WIB

Hutan mangrove Tanjung Punai sungguh unik karena terdiri dari empat lapis tanaman aneka jenis yang menjorok sampai 200 meter sejak dari bibir pantainya. Pohon-pohon yang tumbuh di dalam hutan mangrove Tanjung Punai tumbuh lebat dan rapat, sehingga seperti permadani hijau jika dilihat dari udara.

Pada lapis pertama terdapat tanaman perepat (Sonneratia alba) yang tumbuh menjulang hingga 20-30 meter, mirip hutan hujan tropis di Kalimantan dan Sumatra. Lapis kedua adalah bakau (Rhizopora), diikuti nyiri batu (Xylocarpus moluccencis) di lapis ketiga. Lapis terakhir ada keluarga palma, yaitu nipah (Nypa fruticans wurmb) dan nibung (Oncosperma tigillarium).

Kesadaran masyarakat Tanjung Punai untuk menjaga hutan mangrove dan tidak merusaknya mulai tumbuh sejak beberapa tahun terakhir. Salah satunya diawali oleh Ardianeka, staf pengelola KPHP Rambat Menduyung. Ia mengajak masyarakat setempat pada 2019 untuk mendirikan tiga kelompok pemberdayaan.

Seperti diberitakan Antara, ketiganya yaitu Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Kelompok Tani Hutan Tanjung Punai, dan Kelompok Usaha Mikro, Kecil Menengah Belangkas Berseri. Belangkas atau Limulidae adalah nama sejenis hewan air unik bertubuh pipih seperti ikan pari dengan ekor panjang.

Hewan purba yang sudah ada sejak 420 juta tahun lampau dan tidak berubah banyak bentuk fisiknya itu adalah penghuni setia hutan mangrove seperti halnya di Tanjung Punai. Beruntung, belangkas atau horseshoe crab ini tidak menjadi tangkapan favorit nelayan setempat, lantaran pemerintah sudah melindungi satwa nokturnal tersebut.

Ardianeka ikut mengarahkan para nelayan untuk membangun semacam pusat penangkaran belangkas agar populasinya semakin berkembang. Sekitar 200 meter dari tepi hutan mangrove, tepatnya di pesisir berlumpur pantai dusun, pihak KPHP Rambat Menduyung mengajak sekitar 50 kepala keluarga Tanjung Punai untuk mengembangkan budi daya kerang darah (Anadara granosa).

Setiap petambak mengelola lahan tambak seluas minimal 1 ha dan maksimal 10 ha, bergantung permodalan yang dimiliki. Dalam satu periode pembesaran selama enam bulan, setiap petambak menebar sekitar satu ton bibit kerang darah dan ketika dipanen menghasilkan rata-rata tiga ton kerang darah dewasa.

Kerang darah merupakan salah satu komoditas hasil laut dan pesisir andalan dari Tanjung Punai dan banyak dicari oleh masyarakat Pulau Bangka dan Kota Palembang. Setidaknya hampir 600 ton kerang darah diperdagangkan keluar dari Kecamatan Muntok ke daerah lain.

Petambak bernama Masiha mengatakan, ukuran kerang darah dari daerahnya jauh lebih besar dibandingkan tempat lain. Begitu pula untuk dagingnya, jauh lebih padat. Masiha meyakini, keberadaan hutan mangrove yang masih sehat dan sebagai rumah miliaran plankton secara tidak langsung turut menyumbang pertumbuhan fisik kerang darah.

Dapat Bantuan

Masyarakat nelayan dan tambak pun diarahkan oleh KPHP Rambat Menduyung mengolah hasil tangkapan dan tambak menjadi produk olahan seperti makanan kering agar nilai ekonominya makin meningkat. Pemberdayaan itu dilakukan memanfaatkan keberadaan Kelompok UMKM Belangkas Berseri. Upaya itu mendapat dukungan dari sebuah perusahaan tambang timah swasta yang beroperasi di Muntok.

Mereka pada Desember 2022 lalu menghibahkan dua unit mesin vacuum frying senilai Rp61,5 juta beserta rumah gardunya lewat program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Penjabat Gubernur Babel, Ridwan Djamaluddin telah meresmikan pemanfaatan bantuan tersebut pada 22 Februari 2023.

Ridwan mengajak masyarakat Tanjung Punai untuk mengelola hasil tangkapan sambil tetap menjaga kelestarian alam. "Kekayaan alam yang ada sekarang ini harus memberi manfaat kepada masyarakat dan lingkungan Dusun Tanjung Punai," kata Ridwan yang juga Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral seperti dikutip dari website Pemerintah Kabupaten Bangka Barat.

Pokdarwis Tanjung Punai yang dimotori oleh anak-anak muda juga tak mau kalah. Sejak Desember 2022, mereka membangun kanopi berupa jalan selebar 50 sentimeter terbuat dari papan. Jalan tersebut panjangnya sekitar 300 meter mengelilingi kawasan hutan mangrove. Rencananya mereka akan menawarkan paket wisata berjalan di atas jalan kayu dipayungi kerindangan hutan mangrove Tanjung Punai.

Bagi masyarakat Tanjung Punai, keberadaan hutan mangrove yang masih terjaga merupakan berkah yang dapat dimanfaatkan secara bijak supaya bisa diwariskan bagi kehidupan generasi berikutnya.
Indonesia.go.id (***)

Halaman:

Tags

Terkini

Peran Teknologi dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Selasa, 18 Juli 2023 | 02:34 WIB