nasional

Rehabilitasi Mangrove di Pulau Mapat, Kaltara: Hijaukan Pesisir dan Berdayakan Masyarakat

Senin, 15 Januari 2024 | 08:02 WIB
Ilustrasi.Aksi Tanam Mangrove #Kerja Bersama Hijaukan Indonesia yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia. (Dok Ist)

 

KetikPos.com - Pulau Mapat, yang terletak di Desa Tanjung Buka, Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, menjadi saksi perubahan positif setelah mengalami dampak dari program rehabilitasi mangrove yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kaltara.

Mangrove memiliki peran vital dalam kehidupan masyarakat pesisir di seluruh Indonesia, termasuk Kaltara.

Data Dinas Kehutanan setempat mencatat bahwa hingga November 2023, luas hutan mangrove di Kaltara mencapai 326.396,37 hektare, yang terbagi menjadi berbagai jenis, termasuk hutan primer, hutan sekunder, nipah, dan tambak.

Meskipun kondisi hutan mangrove umumnya cukup baik, beberapa wilayah mengalami degradasi akibat aktivitas tambak, pencemaran lingkungan, dan pemanfaatan kayu mangrove.

Pemerintah Kaltara telah berupaya keras untuk merehabilitasi mangrove dengan melakukan penanaman seluas 2.701 hektare di tiga kabupaten, yaitu Bulungan, Tana Tidung, dan Nunukan sejak tahun 2017.

Dalam upaya rehabilitasi mangrove, Pemprov Kaltara bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BGRM), bahkan mendapatkan dukungan finansial dari Bank Dunia melalui program Indonesia’s Mangrove for Coastal Resilience (M4CR).

Pulau Mapat di Desa Tanjung Buka menjadi contoh nyata keberhasilan rehabilitasi mangrove.

Sebelum tahun 2010, lahan pesisir pulau ini menjadi tambak yang luas, namun sejak beberapa tahun terakhir, hijau kembali oleh hutan mangrove yang ditanam menggunakan metode silvofishery.

Muhammad Jufri, Ketua Kelompok Tani Pa Bilung di Tanjung Palas Tengah, menjelaskan bahwa kelompoknya telah menanam lebih dari 30.000 pohon bakau di kawasan hutan mangrove setempat. Pada bulan Juli 2023, mereka melanjutkan penanaman dengan menambah 6.000 bibit mangrove.

Rehabilitasi ini tidak hanya memberikan dampak positif pada lingkungan tetapi juga meningkatkan hasil tangkapan seperti ikan, udang, dan kepiting bakau oleh masyarakat setempat.

Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan rehabilitasi mangrove tidak hanya mendukung fungsi ekologi kawasan pesisir tetapi juga memberdayakan ekonomi masyarakat.

Pemprov Kaltara bersama Kementerian LHK berencana untuk melanjutkan program rehabilitasi mangrove ini sesuai dengan Rencana Umum Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RURHL) Mangrove 2022-2032.

Dalam kurun 10 tahun ke depan, rencananya akan direhabilitasi sekitar 181.553,61 hektare mangrove di seluruh Kaltara, mencakup berbagai jenis lahan dan mangrove.

Prof. Esti Handayani Hardi dari Universitas Mulawarman menegaskan pentingnya kebijakan rehabilitasi mangrove sebagai langkah strategis dalam menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir.

Halaman:

Tags

Terkini