KetikPos.com, Indralaya — Bukan sekadar agenda tahunan, Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Sumatera Selatan menjadikan forum Refleksi dan Evaluasi Kinerja 2025 serta Proyeksi Program Prioritas 2026 sebagai ruang konsolidasi gagasan dan komitmen bersama untuk menjawab tantangan pendidikan daerah ke depan.
Digelar di kantor Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, forum ini mempertemukan simpul-simpul penting pendidikan: kepala dinas pendidikan kabupaten/kota dan provinsi se-Sumatera Selatan, perwakilan pemerintah daerah, hingga pemangku kebijakan dari pusat. Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir turut hadir melalui perwakilannya, Ibnu Hardi, menandai kuatnya dukungan daerah terhadap agenda mutu pendidikan.
Kepala BPMP Sumsel, Tajuddin Idris, menegaskan bahwa peningkatan kualitas pendidikan tak mungkin lahir dari kerja sepihak. Ia mengangkat tema Partisipasi Semesta sebagai roh utama penguatan mutu pendidikan.
“Pendidikan adalah kerja gotong royong. Ketika pusat, daerah, satuan pendidikan, dan masyarakat berjalan seirama, kebijakan tidak berhenti di atas kertas, tapi hidup di ruang kelas,” ujarnya.
Nuansa masa depan semakin terasa saat Muhammad Muchlas Rowi, Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Transformasi Digital dan Artificial Intelligence (AI), memaparkan peran strategis teknologi dalam pendidikan. Ia menekankan bahwa AI harus hadir sebagai mitra guru—bukan pengganti.
“AI membantu membaca data, memetakan kebutuhan sekolah, dan mempercepat keputusan. Namun nilai kemanusiaan, empati, dan keteladanan guru tetap tak tergantikan,” tegasnya.
Dari sisi tata kelola, Masrul Latif, Inspektur III Itjen Kemendikdasmen, mengingatkan pentingnya manajemen risiko yang dijalankan secara nyata, bukan formalitas administratif. Ia menyinggung Persamaan Klitgaard sebagai pengingat bahwa penguatan akuntabilitas serta pembatasan monopoli dan diskresi berlebih adalah kunci pencegahan korupsi.
“Kepercayaan publik yang tinggi harus dijaga dengan tata kelola yang kuat dan transparan,” katanya.
Menatap 2026, BPMP Sumsel memproyeksikan sejumlah agenda strategis: penguatan Wajib Belajar 13 Tahun termasuk satu tahun pendidikan prasekolah, akselerasi literasi dan numerasi, serta pengembangan STEM agar daerah tak tertinggal dalam kompetisi global.
Dalam dialog bersama media, Tajuddin Idris menegaskan bahwa capaian kinerja BPMP sebagai UPT Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah adalah hasil kolaborasi erat dengan pemerintah daerah dan mitra pendidikan.
“Program prioritas ke depan menuntut pengawalan lebih intensif. Kuncinya tetap sinergi—tidak bisa berjalan sendiri,” ujarnya.
Seluruh ikhtiar tersebut dibingkai oleh budaya kerja MELEJIT Melayani dengan HATI—sebuah nilai yang merangkum Mutu, Edukasi, Loyal, Ekspresif, Juara, Inovasi, dan Teladan, berpadu dengan HATI: Humanis, Amanah, Tanpa Pamrih, dan Berintegritas.
Forum ini menegaskan kembali posisi BPMP Sumsel sebagai jembatan strategis antara kebijakan pusat dan realitas sekolah di lapangan. Dengan sokongan penuh pemerintah daerah dan ekosistem pendidikan, BPMP Sumsel bertekad memastikan setiap kebijakan nasional benar-benar bermuara pada dampak nyata bagi siswa, guru, dan masa depan pendidikan di seluruh pelosok Sumatera Selatan.