Beberapa faktor penyebab kegagalan tersebut termasuk pemaksaan perubahan pola tanam, yang berujung pada panen gagal dan produksi yang tidak maksimal untuk periode selanjutnya.
Temuan ini menunjukkan adanya perbedaan pandangan antara klaim Gibran dan fakta di lapangan mengenai keberhasilan program food estate di Gunung Mas.
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menanggapi kritik tersebut dengan menyatakan bahwa program food estate bukanlah program instan dan membutuhkan waktu serta proses.
Menurutnya, ada beberapa proyek yang telah berjalan baik dan sesuai dengan target di berbagai daerah.
Amran Sulaiman mencontohkan beberapa keberhasilan proyek food estate, seperti di Humbang Hasundutan, Temanggung, Wonosobo, Kalimantan Tengah, Sumba Tengah (NTT), dan Kabupaten Keerom (Papua).
Panen komoditas hortikultura dan padi di beberapa daerah tersebut telah mencapai hasil yang diinginkan.
Meskipun demikian, koordinator staf khusus Presiden, Ari Dwipayana, menyatakan bahwa program food estate perlu dievaluasi dan diperbaiki untuk mencapai tujuan ketahanan pangan.
Pernyataan Amran Sulaiman menekankan bahwa food estate merupakan langkah responsif terhadap situasi pangan nasional dan krisis pangan global yang terjadi selama pandemi.
Baca Juga: Ada Cawapres yang Kontroversi Meninggalkan Podium dalam Debat Cawapres
Food estate diharapkan dapat menghasilkan produksi yang mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor, dan memberikan dampak positif terhadap ekonomi nasional.
Evaluasi dan perbaikan terus dilakukan untuk meningkatkan efektivitas program ini.