nasional

Penelitian Mendalam Terungkap: Kajian Tim Puskass Ungkap Konflik Manusia-Gajah di Sumsel

Jumat, 10 Mei 2024 | 17:37 WIB
Tim PUSKASS

 

KetikPos.com - Tim Puskass (Pusat Kajian Sejarah Sumatera Selatan) telah mengungkap temuan menarik dalam kajian mendalam mereka tentang konflik yang terjadi antara manusia dan gajah di daerah Palembang, Sumatera Selatan.

Selama tiga hari terakhir, dari tanggal 8 hingga 10 Mei 2024, tim yang terdiri dari pakar sejarah, ahli lingkungan, serta budayawan telah turun langsung ke lapangan, khususnya di daerah Air Sugihan, untuk mengidentifikasi akar masalah konflik tersebut.

Hari pertama penelitian ditandai dengan kunjungan tim ke lima desa yang seringkali menjadi titik konflik antara manusia dan gajah, yaitu Desa Bukit Batu, Simpang Heran, Banyu Biru, Srijaya Baru, dan Jadi Mulya. Fokus utama tim adalah untuk berinteraksi dengan penduduk setempat dan melakukan wawancara mendalam guna mengidentifikasi keberadaan gajah serta faktor-faktor yang memicu konflik di wilayah tersebut.

Ali Goik, seorang aktivis lingkungan yang turut serta dalam penelitian ini, mengungkapkan, "Kita merasakan adanya konflik ini. Yang utama habitat gajah diusik oleh manusia. Gajah memiliki jelajah edar yang bersifat siklus.

Sehingga gajah masuk dan terkadang mengamuk di pemukiman. Namun yang menarik, jika dulu masyarakat mengalau gajah, cukup dengan kata-kata simbah ojo mlebuh niki rumah cucumu atau mbak tinggali makan untuk cucumu.

Maka gajah akan segera pergi. Kalau sekarang untuk mengalau gajah, harus dengan berbagai cara dan berganti strategi."

Pendapat serupa juga disampaikan oleh budayawan Vebri Al-Lintani, yang menyoroti harmonisasi antara kehidupan manusia dan gajah pada masa lampau.

"Gajah itu hewan cerdas. Ia merasa terganggu kalau diusik. Sejak masa lampau gajah Palembang sudah mendukung kehidupan manusia di Sumatera Selatan. Bukan berkonflik. Jadi menurut saya jika ada konflik manusia dan gajah, maka harus dicari solusi budayanya yang pas."

Ketua Tim Puskass, Dedi Irwanto, menjelaskan bahwa penelitian ini tidak hanya mencari akar masalah konflik, tetapi juga mengumpulkan berbagai dokumentasi, melakukan studi lapangan, serta wawancara dengan ahli dan masyarakat awam tentang gajah.

Tujuannya adalah untuk mendokumentasikan dan menarasikan kehidupan gajah, baik di masa lampau maupun di masa kini.

"Dari hasil penelitian ini, kami berencana untuk menerbitkan sebuah buku pengetahuan tentang gajah Palembang. Keberadaan buku seperti ini terbilang masih langka dalam khazana literatur di Sumatera Selatan.

Selain sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gajah, buku ini juga merupakan langkah untuk mengembalikan citra Sumatera Selatan sebagai tempat utama rumah gajah Sumatera," tambah Dedi Irwanto.

Menurut sejarawan Kemas A. Panji, keberadaan gajah di Sumatera Selatan, terutama di sekitar daerah Air Sugihan, sebenarnya telah lama menjadi bagian dari sejarah daerah tersebut.

Namun, citra tersebut seringkali terlupakan atau terlalu banyak diidentikkan dengan daerah lain seperti Lampung.

Halaman:

Tags

Terkini