nasional

Menag Tegaskan Pentingnya Pendekatan Agama dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Pesantren

Rabu, 13 November 2024 | 08:05 WIB
Menag Nasaruddin Umar

 

KetikPos.com - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar membuka program Majelis Masyayikh "Siap Melayani" pada Selasa, 12 November 2024, di Jakarta. Dalam sambutannya, Menag menekankan pentingnya penjaminan mutu pendidikan pesantren yang tidak hanya berfokus pada ukuran formalitas, tetapi juga mengedepankan pendekatan berbasis agama.

Menag, yang dikenal memiliki latar belakang kuat di dunia pesantren, mengingatkan agar Majelis Masyayikh tidak terjebak dalam standar pengukuran mutu pendidikan yang digunakan oleh lembaga sekuler. "Ketika mengukur pondok pesantren, kita harus menggunakan ukuran yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan pendidikan di pesantren itu sendiri, bukan dengan standar lembaga pendidikan formal," ujar Menag di hadapan para anggota Majelis Masyayikh.

Menurut Menag, metodologi pendidikan pesantren sangat berbeda dengan pendidikan formal di sekolah umum atau perguruan tinggi. "Di pesantren, kita tidak hanya diajarkan bagaimana memahami Al-Qur’an sebagai Kitab Allah, tetapi juga bagaimana memahami Al-Qur’an sebagai Kalamullah. Ini adalah pendekatan yang lebih dalam dan spiritual dibandingkan dengan pendekatan rasional yang sering digunakan di pendidikan formal," tegasnya.

Menag juga mengingatkan agar nilai-nilai spiritual yang menjadi inti pendidikan pesantren tidak tergerus oleh pengaruh sistem pendidikan modern yang terlalu mengutamakan rasionalitas atau "otak kiri". Ia mengutip pemikiran Cak Nur (Nurcholis Madjid), yang mengatakan bahwa seandainya Indonesia tidak mengalami kolonialisasi, universitas yang dikenal dunia bukanlah UI atau ITB, melainkan pesantren seperti Lirboyo. "Pesantren harus menjadi tuan rumah dalam pendidikan di Republik ini," ujarnya.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan pesantren, Menag berharap kurikulum pesantren bisa dihidupkan kembali dengan pendekatan yang lebih berbasis spiritualitas. Ia mengingatkan bahwa ilmu yang diajarkan di pesantren berasal langsung dari Allah, dengan guru atau mursyid hanya sebagai perantara. 

Oleh karena itu, Menag menegaskan, pesantren harus mampu mempertahankan esensi dan kedalaman ajaran agama dalam pendidikan, tanpa terkontaminasi oleh pengukuran dan standar pendidikan formal yang sempit.

"Jangan sampai kita hanya mempelajari Al-Quran sebagai Kitabullah, tetapi juga sebagai Kalamullah, agar kedalaman spiritualitas dalam pendidikan pesantren tetap terjaga," harap Menag.

Program Majelis Masyayikh ini diharapkan dapat memperkuat peran pesantren dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam aspek spiritual dan moral. Menag berharap, dengan pendekatan yang tepat, pesantren dapat terus berperan sebagai lembaga pendidikan yang menjaga dan mengembangkan nilai-nilai agama di tengah perkembangan zaman yang semakin modern.(***)

 

 

 

 

Tags

Terkini