nasional

Hoegeng, Polisi Jujur yang Kini Diganjar Kehormatan Tertinggi Negara Jakarta — Sejarah mencatat nama Hoegeng Iman Santoso sebagai simbol integritas

Selasa, 26 Agustus 2025 | 00:23 WIB
Hoegeng, Polisi Jujur yang Kini Diganjar Kehormatan Tertinggi Negara Jakarta — Sejarah mencatat nama Hoegeng Iman Santoso sebagai simbol integritas kepolisian Indonesia. Hari ini, Senin (25/8), nama itu kembali bersinar di Istana Negara, ketika Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menga (Dok)

 

Jakarta — Sejarah mencatat nama Hoegeng Iman Santoso sebagai simbol integritas kepolisian Indonesia. Hari ini, Senin (25/8), nama itu kembali bersinar di Istana Negara, ketika Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menganugerahkan Bintang Republik Indonesia Utama, tanda kehormatan tertinggi negara, kepada mendiang Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng.

Upacara berlangsung khidmat. Sang presiden berdiri tegak, di hadapannya keluarga Hoegeng yang diwakili cucu, Krisnadi Ramajaya Hoegeng, dan istrinya, Sheila R Hoegeng. Saat nama Hoegeng disebut, ruang istana seakan memberi penghormatan diam-diam kepada seorang legenda yang pernah memimpin Korps Bhayangkara di masa sulit—1968 hingga 1971.

“Beliau berjasa sangat luar biasa dalam bidang keamanan dan pelayanan masyarakat melalui kepemimpinan kepolisian yang dikenal bersih dan berintegritas,” lantang pembawa acara.

Hoegeng bukan sekadar Kapolri. Ia adalah antitesis kompromi. Ia memimpin kepolisian dengan sikap sederhana, teguh menolak suap, berani menindak korupsi, perjudian, hingga penyelundupan, sekalipun harus berhadapan dengan arus politik. Tak heran ia sering disebut “polisi paling jujur di Indonesia.”

Mengapa Bintang RI Utama?

Tanda kehormatan ini bukan penghargaan sembarangan. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2009, Bintang RI Utama diberikan kepada sosok yang jasanya:

Luar biasa bermanfaat bagi keutuhan dan kejayaan bangsa.

Pengabdian dan pengorbanannya diakui luas di tingkat nasional.

Menjadi teladan lintas generasi.

Hoegeng memenuhi semuanya. Ia lahir di Pekalongan, 14 Oktober 1921, wafat di Jakarta pada 14 Juli 2004, dan dimakamkan di TPBU Giritama, Bogor. Jauh setelah kepergiannya, nilai-nilai yang ia pegang tetap hidup: kejujuran tanpa kompromi.

Hari ini, negara menegaskan kembali pesan itu—bahwa integritas adalah tanda kebesaran sejati, bahkan lebih dari pangkat dan jabatan.

 

Tags

Terkini