Ketikpos.com, - Insiden tewasnya Affan Kurniawan (21), pengemudi ojek online (ojol) yang dilindas kendaraan taktis Brimob di Jakarta, Kamis malam (28/8/2025), memicu gelombang protes besar di berbagai kota. Rekaman video yang viral menunjukkan detik-detik Affan terlindas rantis hingga tak bernyawa, membuat publik geram.
Kejadian tersebut kemudian menyalakan bara emosi solidaritas, terutama dari kalangan ojol dan mahasiswa, yang merasa aparat semakin jauh dari fungsi melindungi rakyat.
Gelombang Demo di Berbagai Kota
Solo: Solidaritas Berujung Ricuh
Di Solo, ribuan massa dari kalangan ojol, mahasiswa, dan pelajar berkumpul di depan Markas Brimob Surakarta dan Stadion Manahan. Aksi awalnya berlangsung damai dengan doa bersama serta salat gaib untuk almarhum Affan. Namun, situasi berubah tegang saat massa melempari batu dan aparat membalas dengan gas air mata.
Komentar Driver Ojol di Solo:
“Kami ini cari makan, bukan cari mati. Kalau kawan kami bisa dilindas begitu saja, siapa yang bisa menjamin keselamatan kami di jalan? Negara harus jawab!” – Rudi, 34, driver ojol asal Solo.
Makassar: Tuntutan Transparansi dan Perubahan Sistemik
Di Makassar, ratusan mahasiswa dan driver ojol bersatu dalam aksi. Massa menilai tragedi Affan bukan sekadar kasus kecelakaan, tetapi cermin dari lemahnya kontrol aparat terhadap kekuasaan yang represif.
Komentar Tokoh Mahasiswa di Makassar:
“Kita tidak bisa lagi melihat rakyat jadi korban dari arogansi aparat. Hari ini Affan, besok bisa mahasiswa, bisa kita semua. Ini bukan hanya soal solidaritas, tapi soal nyawa manusia yang dianggap murah oleh negara.” – Ahmad Fauzi, Ketua BEM Universitas Hasanuddin.
Surabaya: Massa Anarkis, Fasilitas Rusak
Di Surabaya, unjuk rasa yang awalnya berjalan damai berubah ricuh di depan Gedung Negara Grahadi. Massa merusak gerbang, membakar motor, dan memblokade jalan. Aparat pun kembali menembakkan gas air mata.
Komentar Tokoh Masyarakat Surabaya:
“Saya paham emosi rakyat, tapi aksi ini jangan sampai merusak kota sendiri. Namun aparat juga jangan hanya sibuk menyalahkan massa. Inti persoalan ada pada tragedi awal: nyawa seorang ojol yang melayang.” – KH. Mustofa Bisri, tokoh masyarakat Jawa Timur.
Respons Pemerintah dan Polisi
Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan penyelidikan transparan. Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri meminta maaf dan menyatakan tujuh anggota Brimob sudah ditahan untuk diperiksa Propam.
Namun, langkah itu dinilai belum cukup. Asosiasi ojol Garda Indonesia membentuk tim pencari fakta independen, menuntut Polri bertanggung jawab secara terbuka.
Nyawa Rakyat Jangan Murah
Gelombang demo yang meluas ke Solo, Makassar, hingga Surabaya membuktikan bahwa tragedi Affan bukan hanya masalah lokal, melainkan luka nasional.
• Driver ojol menuntut jaminan keselamatan kerja.
• Mahasiswa menyerukan perubahan sistemik agar aparat lebih humanis.
• Tokoh masyarakat mengingatkan bahwa konflik tak boleh jadi alasan mengorbankan rakyat.
Tragedi ini menjadi sinyal keras bahwa reformasi penanganan aksi massa mutlak diperlukan. Nyawa rakyat tak boleh lagi jadi korban sia-sia di jalanan.
(as)
#RantisLindasOjol #KeadilanUntukAffan #SolidaritasOjol #DemoNasional #AparatVsRakyat #MahasiswaBergerak #ReformasiPolisi #IndonesiaBerduka #SaveOjol #GelombangProtes #AffanKurniawan #TolakKekerasanAparat #RakyatBersatu #JakartaBerduka #SoloBergerak #MakassarMelawan #SurabayaMemanas