nasional

Rumah Sahroni, Eko Patrio, dan Uya Kuya Disatroni & Dijarah Massa: Antara Ledakan Amarah Publik dan Gagalnya Etika Demokrasi

Minggu, 31 Agustus 2025 | 07:08 WIB
Rumah Sahroni, Eko Patrio, dan Uya Kuya Disatroni & Dijarah Massa: Antara Ledakan Amarah Publik dan Gagalnya Etika Demokrasi (Dok)

Ketikpos.com- Jakarta kembali bergejolak. Malam yang seharusnya tenang berubah mencekam ketika rumah tiga figur publik: Ahmad Sahroni, Uya Kuya, dan Eko Patrio, disatroni, dirusak, bahkan dijarah massa.

Dari Tanjung Priok hingga Duren Sawit, amarah rakyat seolah meledak tanpa kendali, menyisakan pertanyaan besar: apakah ini protes politik, atau sekadar pelampiasan frustrasi yang kehilangan etika?
Lebih ironis lagi, peristiwa ini disiarkan secara langsung melalui TikTok, menjadikannya bukan hanya tragedi sosial, melainkan juga tontonan massal. Inilah potret getir demokrasi hari ini di mana kritik bercampur anarki, dan rasa marah berubah jadi perusakan yang ditonton jutaan pasang mata.

1. Kronologi Malam horor mencekam

Pada Sabtu, 30 Agustus 2025, publik dikejutkan dengan aksi massa yang tak lagi sekadar unjuk rasa, melainkan berubah menjadi penyerbuan rumah pribadi sejumlah anggota DPR dan figur publik.

• Rumah Ahmad Sahroni (NasDem) di Tanjung Priok menjadi sasaran pertama. Massa masuk, merusak, dan menjarah berbagai barang mulai dari televisi, perabot, hingga koleksi pribadi seperti mainan Bearbrick dan action figure Iron Man.
• Rumah Uya Kuya (PAN) di Duren Sawit, Jakarta Timur, ikut disatroni. Barang-barang pribadi hingga kucing peliharaan Uya dibawa kabur. Dalam pernyataannya, Uya menyebut dirinya “ikhlas” meski menyesalkan kehilangan makhluk hidup kesayangannya.
• Rumah Eko Patrio (PAN) di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, juga mengalami hal serupa. Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Nicolas Ary Lilipaly, menyebut situasi baru bisa dikendalikan pada malam harinya.


2. Viralitas di Medsos: Amarah Publik Jadi Hiburan

• Aksi massa itu disiarkan langsung di TikTok, ditonton jutaan kali dalam hitungan jam.
• Netizen bahkan ramai menyindir dan “mengantri target berikutnya”:
“Sudah habis jarahannya, besok ke Eko Patrio dan Uya Kuya saja.”
“Titip rumahnya Eko sama Uya Kuya.”

 

Fenomena ini menegaskan bagaimana kemarahan publik kini bisa menjelma tontonan viral, dengan logika mob justice yang di-“like” dan di-‘share’ ribuan kali.


3. Kritik Tajam: Protes yang Menyimpang

Aksi Massa dan Hukum yang Dilanggar
• Dari demonstrasi berubah menjadi penjarahan dan perusakan. Bahkan satwa peliharaan ikut jadi korban.
• Ini bukan lagi ekspresi politik, melainkan tindak kriminal yang menggerus nilai demokrasi.

Figur Publik dalam Sorotan
• Sahroni, Uya Kuya, dan Eko Patrio memang sering jadi bahan kritik publik: dari gaya hidup mewah, komentar kontroversial, hingga aksi joget di DPR.
• Namun, menjarah rumah mereka jelas bukan cara etis untuk menyampaikan kritik.

Aparat yang Reaktif, Bukan Proaktif
• Polisi dan TNI akhirnya turun menenangkan massa.
• Tapi langkah pengamanan justru tampak terlambat dan reaktif, bukan pencegahan. Ini membuka pertanyaan soal strategi negara menghadapi eskalasi kemarahan publik.

Media Sosial Sebagai Bahan Bakar Anarki
• TikTok dan X terbukti mempercepat arus massa: video live, komentar, hingga ajakan menjarah.
• Media sosial yang seharusnya jadi kanal aspirasi berubah jadi mesin legitimasi kerusuhan.

Halaman:

Tags

Terkini