Ketikpos.com - Gelombang informasi terkait tragedi demonstrasi yang menelan korban kembali mencuat setelah sebuah unggahan di akun Facebook bernama Asty Nirwana viral di media sosial. Dalam narasi yang dituliskannya, Asty menegaskan agar publik tidak menerima kabar simpang siur. Ia menyebut ada dua pengemudi ojek online (ojol) yang menjadi korban tabrakan mobil taktis Brimob, salah satunya bernama Affan Kurniawan (21 tahun) yang meninggal dunia setelah sempat mendapat perawatan di RSCM Jakarta.
Unggahan tersebut berbunyi:
“Biar jangan ada berita simpang siur, yg dilindes mobil brimob ada 2 ojol. Satu Affan meninggal dunia dan satu lagi Ummar masih dirawat di RS mengalami patah tulang. Affan umur 21 thn meregang nyawa di RSCM Jakarta dengan luka serius. Selamat jalan Affan Kurniawan.”
Kronologi yang Masih Buram
Hingga saat ini, aparat kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait detail kejadian yang menewaskan Affan. Informasi yang beredar di lapangan menyebut insiden bermula ketika massa aksi ricuh di sekitar kawasan Jakarta Pusat. Di tengah situasi chaos, sebuah kendaraan taktis Brimob disebut melaju kencang hingga menabrak dua pengemudi ojol yang tengah berada di lokasi.
Affan Kurniawan, pemuda berusia 21 tahun yang sehari-hari dikenal sebagai pekerja ojol, dilaporkan mengalami luka parah di bagian tubuh vital. Ia sempat dilarikan ke RSCM, namun nyawanya tidak tertolong. Sementara rekannya, Ummar, hingga kini masih menjalani perawatan intensif akibat patah tulang.
Suara dari Jalanan
Peristiwa ini langsung menyulut amarah publik. Di berbagai lini media sosial, warganet menuntut transparansi dan investigasi mendalam. “Kalau benar korban sipil dilindas kendaraan aparat, ini pelanggaran HAM serius,” tulis seorang aktivis mahasiswa di akun X (Twitter)-nya.
Bagi banyak kalangan, kasus ini bukan sekadar kecelakaan, melainkan bagian dari rangkaian kekerasan aparat dalam menangani aksi demonstrasi yang kerap berujung korban.
Mahasiswa Angkat Bicara
Salah satu tokoh pergerakan mahasiswa, Arif Setiawan, menyatakan, “Kematian Affan harus menjadi alarm keras. Jangan lagi rakyat kecil, terutama pekerja ojol yang hanya mencari nafkah, menjadi korban benturan negara dengan rakyatnya. Pemerintah harus membentuk tim pencari fakta independen.”
Kritik dari Tokoh Nasional
Sejumlah tokoh nasional juga mulai bersuara. Mantan Menko Polhukam Mahfud MD menegaskan bahwa tragedi yang melibatkan warga sipil tidak boleh dianggap remeh.
“Jika benar ada korban sipil meninggal akibat kendaraan aparat, maka ini bukan sekadar kecelakaan, melainkan kegagalan dalam manajemen keamanan. Aparat harus terbuka, dan negara wajib hadir memberi keadilan bagi keluarga korban,” tegas Mahfud.
Luka Mendalam di Keluarga
Di kampung halaman Affan, suasana duka menyelimuti. Tetangga mengenal almarhum sebagai anak yang rajin bekerja dan tulang punggung keluarga. Ayahnya, yang bekerja serabutan, hanya bisa pasrah. “Dia anak baik, kerja keras bantu orang tua. Kenapa harus jadi korban begini,” ucap sang ayah dengan suara bergetar.
Tuntutan Transparansi
Kasus Affan menambah panjang daftar peristiwa yang menimbulkan kecurigaan publik terhadap standar operasional aparat di lapangan. Lembaga bantuan hukum (LBH) menuntut adanya investigasi terbuka dengan melibatkan Komnas HAM serta organisasi masyarakat sipil.
“Jangan biarkan kasus ini ditutup begitu saja. Negara harus memastikan keadilan bagi Affan dan keluarganya,” ujar salah satu pengacara publik LBH Jakarta.