Ketikpos.com - Di tengah memanasnya suhu politik nasional yang rawan memantik gelombang aksi massa, Bekasi memperlihatkan sebuah pemandangan langka sekaligus sarat makna. Deretan tokoh berpengaruh, mulai dari ulama, habaib, hingga jawara, duduk bersama dalam satu forum demi mengusung pesan damai. Kehadiran mereka menjadi simbol bahwa aspirasi masyarakat sejatinya bisa disampaikan tanpa harus menimbulkan kericuhan, apalagi mengorbankan ketertiban dan keamanan wilayah.
Suara Damai yang Tegas Menggema
Pesan utama forum ini sederhana, namun sangat relevan: menjaga Bekasi Raya agar tetap kondusif.
Ustadz Taufik Hidayat, S.H., salah satu figur yang hadir, menegaskan pentingnya menghindari praktik anarkisme dalam setiap bentuk unjuk rasa. “Jangan sampai ada yang anarkis. Kita harus sama-sama jaga marwah Bekasi,” ujarnya lantang, memberi peringatan sekaligus ajakan moral kepada para demonstran.
Pesan serupa datang dari tokoh sentral Jawara Jaga Kampung Nusantara (JAJAKA), yakni Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy Al-Bantani, S.Pd., M.Pd., Gr.. Ia menekankan pentingnya menjaga fasilitas publik yang merupakan aset bersama. “Fasilitas umum itu milik kita semua. Jika dirusak, kita sendiri yang akan rugi. Jangan sampai emosi sesaat menghancurkan apa yang kita bangun bersama,” tegasnya.
Kolaborasi Lintas Elemen: Dari Ulama hingga Jawara
Yang membuat forum ini kian istimewa adalah keberagaman tokoh yang terlibat. Di antara mereka tercatat nama-nama besar seperti:
• KH. Masthuro Rohily, S.Ag.
• KH. Aang Khunaifi Shobri, S.Pd.I.
• Ustadz Dede Abu Syahid (FPI Kabupaten Bekasi)
• Baba HK Damin Sada (Ketua Umum JAJAKA)
Kolaborasi lintas elemen ini memberi bobot moral sekaligus kekuatan sosial. Para tokoh ini sadar bahwa suara mereka memiliki daya resonansi yang kuat di tengah masyarakat Bekasi. Bagi mereka, menyerukan perdamaian bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah tanggung jawab besar yang harus diemban bersama.
Jawara Sebagai Simbol Ketegasan Menjadi Garda Kedamaian
Salah satu sorotan utama forum ini adalah peran para jawara. Selama ini, sosok jawara sering dilekatkan dengan citra keras, gagah, dan identik dengan pertarungan. Namun pertemuan kali ini memperlihatkan sisi lain: jawara sebagai pelindung, penjaga, dan benteng kedamaian masyarakat.
Baba HK Damin Sada, figur sentral sekaligus Ketua Umum JAJAKA, menegaskan kembali komitmen mereka. “Kami, para jawara, ada untuk menjaga, bukan untuk merusak. Kami bersinergi dengan ulama dan pemerintah, demi memastikan Bekasi tetap aman,” tegasnya.
Slogan “Jawara Jaga Kampung Nusantara” bukanlah sekadar kata-kata, melainkan sebuah janji nyata yang diwujudkan dengan tindakan. Para jawara menunjukkan bahwa keberanian sejati tidak terletak pada kemampuan merusak, tetapi pada kekuatan menjaga ketertiban dan kehormatan kampung halaman.
Bekasi Memberi Pelajaran: Aspirasi Bisa Disampaikan dengan Damai
Forum ini memberi pelajaran penting, bukan hanya untuk Bekasi, tetapi juga untuk daerah lain di Indonesia. Bahwa kritik, protes, atau perbedaan pandangan politik dapat disampaikan dengan cara yang beradab.
Di tengah derasnya arus informasi dan cepatnya provokasi menyebar di media sosial, sinergi ulama dan jawara menjadi benteng moral yang efektif. Mereka tidak hanya berbicara, tetapi juga memberi teladan langsung kepada masyarakat: bahwa jalan damai selalu lebih mulia daripada jalan kekerasan.