nasional

Palembang Kota Harmoni: Zero Conflict Jadi Warisan, Tantangan Baru Ada di Generasi Muda

Jumat, 19 September 2025 | 10:08 WIB
Palembang Kota Harmoni: Zero Conflict Jadi Warisan, Tantangan Baru Ada di Generasi Muda (dok)

ketikPos.com– Di banyak kota besar, perbedaan keyakinan kerap jadi bara dalam sekam. Namun, Palembang memilih jalannya sendiri: menjadikan kerukunan sebagai identitas. Sejak berdirinya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) pada 2007, kota ini nyaris tak pernah tergores konflik antarumat.

Label zero conflict bukan sekadar klaim, tapi hasil kerja panjang. Itulah yang kembali ditegaskan Ketua FKUB Palembang, Imron Rosyidi, saat bersilaturahmi dengan Wali Kota Ratu Dewa dan Wakil Wali Kota Prima Salam, Kamis (18/9/2025) di Pendopo Rumah Dinas Wali Kota.

Menjaga Bara Tetap Padam

FKUB, kata Imron, terus melakukan deteksi dini di tiga titik rawan: intoleransi, disharmoni sosial, dan pendirian rumah ibadah.
“Indeks kerukunan versi Kemenag memang menempatkan Palembang di urutan 53 nasional. Tapi yang lebih penting, Palembang tetap zero conflict. Itu yang jadi kebanggaan kita,” tegasnya.

Setiap Oktober, FKUB bahkan rutin mendatangi rumah ibadah lintas agama, bukan sekadar seremonial, tapi untuk merawat harmoni di akar rumput.

Ratu Dewa: Kerukunan Adalah Modal Pembangunan

Bagi Wali Kota Ratu Dewa, capaian nihil konflik adalah modal sosial paling berharga.
“Alhamdulillah Palembang zero conflict. Inilah modal kami untuk membangun Palembang yang lebih baik, rakyatnya berdaya dan sejahtera,” katanya.

Namun, ia juga memberi catatan serius: kerukunan harus diperluas ke ranah generasi muda.
“Anak-anak kita rentan narkoba, terjerat anarkisme, bahkan ikut merusak fasilitas umum seperti 13 pos polisi yang pernah dibakar oknum. FKUB harus ikut memberi pembinaan,” ujarnya.

Prima Salam: Masuk ke Sekolah-Sekolah

Wakil Wali Kota Prima Salam menekankan perlunya FKUB turun langsung ke sekolah-sekolah.
“Kerukunan bukan hanya cerita orang tua. Generasi muda perlu ditanamkan sejak dini, bahwa menjaga perbedaan sama pentingnya dengan menjaga fasilitas milik bersama,” ujarnya.

Dari Angka ke Rasa

Indeks kerukunan boleh fluktuatif, tapi bagi Palembang, harmoni bukan angka semata. Ia adalah rasa yang diwariskan: bagaimana warga bisa saling sapa meski berbeda rumah ibadah, bagaimana doa berbeda-beda bisa terucap di langit yang sama.

Audiensi di pendopo itu menegaskan satu hal: Palembang bukan sekadar kota tua penuh sejarah, tapi juga kota harmoni yang menjadikan kerukunan sebagai napas pembangunan.

Tags

Terkini