nasional

Masjid Jamik Bengkulu, Peninggalan Bung Karno Yang Masih Terawat

Rabu, 5 April 2023 | 08:58 WIB

KetikPos.com - Bung Karno saat dalam pengasingannya di Bumi Rafflesia pernah membantu mendesain ulang masjid yang berlokasi tak jauh dari kediamannya dan saat ini masih terawat.

Sejak Islam masuk Bengkulu permulaan abad 17 silam ada lebih dari 2.000 masjid dan surau berdiri di provinsi yang terkenal Bumi Rafflesia tersebut.

Bahkan tidak sedikit dari rumah-rumah ibadah itu masuk kategori cagar budaya karena unsur sejarah dan usia bangunan yang menyertai.

Namun, tak ada yang seistimewa Masjid Jamik Bengkulu. Letaknya ada di Jl Letjen Soeprapto, Kelurahan Pengantungan, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.

Jika dilihat dari udara, posisi lahan masjid berbentuk segitiga, tepat berada di simpang empat yang membelah Jl Letjen Soeprapto, Jl MT Haryono, dan Jl Jenderal Sudirman.

Awalnya, masjid ini masih berupa surau atau musala bernama Surau Lamo yang menurut Bahasa Bengkulu artinya Surau Tua. Surau Lamo dibangun oleh saudagar keturunan Bugis, Sulawesi Selatan bernama Daeng Makulle pada awal abad 18.

Makulle merupakan seorang datuk dagang dari daerah Tengah Padang, karena itu pula surau itu dikenal sebagai Surau Gadang atau Masjid Jamik Tengah Padang.

Saat itu, Surau Lamo posisinya tak jauh dari makam pahlawan nasional, Sentot Alibasya alias Pangeran Diponegoro, yang terletak di Kelurahan Bajak.

Bangunan awal masjid masih sangat sederhana, beratapkan rumbia, lalu tiang-tiang dan lantainya terbuat dari kayu.

Ketika memasuki abad 19, bangunan masjid dipindahkan ke lokasi sekarang dan lebih berkembang. Masjid berada di pusat perdagangan serta berfungsi untuk mempertemukan banyak kalangan ketika salat lima waktu.

Memasuki awal abad 20, para kaum tuo, begitu kalangan cerdik pandai dan ulama disapa di tanah Sumatera, bersama masyarakat setempat bersepakat merenovasi masjid, karena kondisinya mulai memerlukan perbaikan.

Pada saat bersamaan, tokoh nasional Soekarno masuk ke Bengkulu pada 14 Februari 1938, setelah menjalani pengasingan selama empat tahun di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Oleh penjajah Belanda, Bung Karno ditempatkan di sebuah rumah sewaan milik pengusaha Tionghoa bernama Tjang Tjen Kwat di Jl Jeruk, sekarang adalah Jl Soekarno-Hatta, Kota Bengkulu.

Bung Karno kerap mampir ke Masjid Jamik Tengah Padang untuk melaksanakan salat. Kebetulan, letaknya sekitar 1,5 kilometer dari rumah pengasingan Bung Karno dan dapat ia tempuh dengan jalan kaki atau bersepeda onthel. Ia melihat bahwa masjid harus dibangun ulang karena strukturnya sudah membahayakan jemaah ketika salat.

Proklamator ini tak asal bicara, sebab dia memang berlatar pendidikan insinyur teknik sipil dari Technische Hoogeschool (THS) atau kini lebih dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung. Seperti ditulis Zein Abdul Baqir dalam Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, Bung Karno kemudian bermusyawarah bersama kaum tuo yang ia sebut sebagai bigotedly orthodox agar bersedia memperbarui masjid mereka.

Halaman:

Tags

Terkini