Menariknya, Harry Toledo mengaku rela membatalkan konser bersama Tompi di Jakarta demi menghadiri perayaan IBF di Palembang. “Saya sengaja hadir di sini, karena teman-teman IBF dan pemusik Palembang adalah bagian dari keluarga besar IBF yang tak terpisahkan,” ungkapnya.
Anggota IBF, bukan hanya bassis, tapi juga pemain musik, penyanyi, pencipta lagu hingga officeboy dan Satpam. Termasuk, keluarga pemusik.
"Karena musik itu adalah karya kolektif yang hadir di tengah penikmatnya karena kerja bareng semua pihak. Dari mereka yang memang berhubungan langsung dengan alat musik dan tarik suara, hingga yang terlibat dalam proses bermusik," tambah Presiden IBF yang selama ini telah banyak melanglang buana ke mancanegara dengan talenta musiknya.
Makanya, IBF ini dibangun dengan pola sebuah kerajaan-pemerintahan. Ada presiden, gubernur dan perangkat lainnya yang mirip sebuah struktur kerajaan-pemerintahan.
Acara ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh komunitas musik Palembang seperti Ketua Kawan Lamo Mpit, Ketua Gong Sriwijaya Cece, Ketua DKSS Didit, Ketua DKP M. Nasir, perwakilan KKPP, vendor musik Pakde Singgih, musisi jazz Hanani, musisi senior Bakar, Gatot Sultan, pemilik Studio 12, juga tampak mewakili Slanker Anang, Ketua KPJ Loedy, serta pemilik EO Kreatif Anak Bangsa, Kirana.
Salah satu penampilan yang membekas datang dari Sultan Iskandar yang turut menyumbangkan lagu, membuka ruang duel panjang antar pemain bass yang menampilkan ketangkasan dan semangat tinggi, ditingkahi dengan gebukan dinamis dari Rere.
Sebagai pengganti tumpeng, para hadirin turut berbagi pempek khas Palembang sebagai simbol rasa syukur dan kenyalnya kebersamaan.
Salam Kenyal! Membahana! Musik-musik cadas!