Kemenag Resmikan Kampung Zakat Balong di Gunungkidul: Model Pemberdayaan Berbasis Teknologi dan SDM

photo author
- Rabu, 16 Oktober 2024 | 08:11 WIB
Peresmian Desa Zakat
Peresmian Desa Zakat

 

KetikPos.com - Kementerian Agama (Kemenag) meresmikan Kampung Zakat Balong, sebuah kawasan pemberdayaan masyarakat di Gunungkidul yang dikenal dengan lanskap berbatu dan tandusnya. Kampung ini menjadi lokasi ke-557 yang diresmikan Kemenag sejak 2018. Acara peresmian ini dihadiri oleh Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Waryono Abdul Ghafur, yang menyatakan pentingnya optimalisasi sumber daya alam (SDA) melalui zakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Waryono menjelaskan bahwa meski Indonesia bukan negara Islam, undang-undang zakat memfasilitasi umat Muslim untuk menyalurkan zakat melalui lembaga resmi, seperti Baznas dan Lembaga Amil Zakat (LAZ), guna distribusi yang lebih merata. “Jika zakat disalurkan langsung kepada mustahik, dampaknya tidak besar. Namun dengan lembaga zakat, distribusi bisa menjangkau wilayah-wilayah yang lebih membutuhkan seperti NTT dan Maluku Ambon,” kata Waryono.

Sinergi Teknologi dan Sumber Daya Manusia

Waryono menyoroti tantangan dan potensi besar di Gunungkidul, yang selama ini menghadapi kekeringan. Menurutnya, solusi pengentasan kemiskinan terletak pada pengembangan SDM melalui pendidikan dan teknologi. “Wilayah berbatu dan tandus bukan berarti tidak ada potensi. Dengan penguasaan ilmu dan teknologi, masyarakat bisa mengembangkan SDA mereka secara maksimal,” ujar Waryono.

Ia juga menekankan bahwa investasi pada SDM adalah modal utama dalam pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, Kemenag mendorong pendidikan berkualitas dengan meningkatkan kesejahteraan guru dan mengajak Baznas dan LAZ untuk mendatangkan tenaga pendidik profesional ke Kampung Zakat Balong. “Kita perlu belajar dari negara maju seperti Singapura. Meski wilayahnya kecil, mereka mampu berkembang pesat berkat teknologi dan pengelolaan yang baik. Indonesia, dengan SDA yang melimpah, seharusnya bisa lebih maju,” ungkap Waryono.

Model Pemberdayaan yang Diharapkan

Dengan peresmian ini, Kampung Zakat Balong diharapkan menjadi model pemberdayaan masyarakat yang dapat ditiru di berbagai daerah lain. Waryono berharap sinergi antara lembaga amil zakat dan masyarakat setempat dapat memastikan keberhasilan program ini. Menurutnya, branding Gunungkidul perlu dioptimalkan agar dikenal lebih luas. “Gunungkidul harus di-branding ulang. Meski wilayahnya tandus, ada potensi besar di sini yang bisa dikembangkan,” tambahnya.

Data Mustahik yang Valid untuk Distribusi Tepat Sasaran

Pada skala nasional, potensi zakat Indonesia terus berkembang, dengan pengumpulan zakat nasional mencapai Rp32 triliun pada 2023. Waryono menekankan bahwa validitas data mustahik sangat penting agar zakat dapat disalurkan tepat sasaran dan memberi dampak maksimal. “Dengan gerakan zakat yang semakin kuat, kita bisa berkontribusi besar dalam pengentasan kemiskinan. Data yang valid adalah kunci agar zakat bisa disalurkan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan,” jelasnya.

Sebagai penutup, Waryono mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi dalam mewujudkan kesejahteraan bersama melalui zakat. "Modal sosial kita luar biasa, dan itu kekuatan utama kita. Dengan kerja sama yang baik, saya yakin kita bisa mencapai kemakmuran bersama,” tutupnya.

Kampung Zakat Balong ini menjadi simbol pemberdayaan yang mengedepankan sinergi antara agama, teknologi, dan SDM sebagai kunci pembangunan berkelanjutan.(***)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ujang Ketik Pos

Tags

Rekomendasi

Terkini

X