Prabowo Berlutut, Nyak Sandang Terima Bintang Jasa: Dari Tanah dan Emas, Mengudara Semangat Bangsa

photo author
- Selasa, 26 Agustus 2025 | 00:43 WIB
Prabowo Berlutut, Nyak Sandang Terima Bintang Jasa: Dari Tanah dan Emas, Mengudara Semangat Bangsa (Dok )
Prabowo Berlutut, Nyak Sandang Terima Bintang Jasa: Dari Tanah dan Emas, Mengudara Semangat Bangsa (Dok )

  We

KetikPosv– Sebuah momen bersejarah terjadi di Istana Negara, Senin (25/8). Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto berlutut di hadapan seorang pria renta di kursi roda, mengalungkan tanda kehormatan Bintang Jasa Utama di dadanya. Pria itu adalah Teungku Nyak Sandang bin Lamudin, sosok yang 77 tahun lalu memilih menjual tanah dan emas untuk membantu Indonesia membeli pesawat pertamanya.

F hormat kepada sosok yang diam-diam menjadi bagian dari sejarah penerbangan Indonesia.

Dari Aceh untuk Republik

Pada tahun 1948, saat Indonesia masih muda dan penuh ancaman, Presiden Soekarno mencari cara agar bangsa ini bisa bergerak lebih cepat. Dari Aceh, datang jawaban. Para tokoh dan masyarakat Aceh menggalang dana, menjual tanah, perhiasan, bahkan hewan ternak.

Di antara mereka, Teungku Nyak Sandang yang kala itu berusia 23 tahun. Ia menjual tanahnya dan emas yang dimilikinya. Uang itu disumbangkan untuk pembelian Seulawah RI-001, pesawat pertama Republik Indonesia yang menjadi cikal bakal maskapai Garuda Indonesia.

Pesawat itu bukan sekadar alat transportasi. Ia adalah sayap kemerdekaan, lambang bahwa Indonesia bisa terbang setara dengan bangsa lain, meski lahir dari pengorbanan rakyat.

Makna Sebuah Lutut yang Menyentuh Tanah

Tindakan Prabowo berlutut bukan sekadar gestur. Ia adalah simbol penghormatan negara kepada seorang warga yang memberi lebih dari yang diminta.

“Ini bukan hanya penghargaan untuk beliau, tetapi juga untuk semangat gotong royong yang membuat Indonesia berdiri,” ujar Prabowo usai acara.

Nyak Sandang kini sudah sepuh, raganya rapuh, namun namanya akan tetap hidup dalam sejarah: seorang Aceh yang menjual tanah agar Indonesia punya sayap di langit dunia.

Warisan yang Tak Pernah Luruh

Penganugerahan Bintang Jasa Utama ini bukan hanya pengakuan formal, tetapi pengingat bahwa kemerdekaan tidak lahir dari satu sosok, melainkan dari jutaan hati yang rela berkorban.

Dari tanah yang dijual Nyak Sandang, lahirlah pesawat yang membawa nama Indonesia. Dari emas yang dilepas, lahirlah harapan yang tak pernah pudar. Kini, 77 tahun kemudian, negara kembali menundukkan kepala, memberi hormat kepada putra Aceh yang jasanya tak ternilai.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X