Susno Duadji Buka Suara: Tewasnya Driver Ojol Ditabrak Rantis Brimob, Siapa yang Bertanggung Jawab?”

photo author
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 18:14 WIB
Susno Duadji Buka Suara: Tewasnya Driver Ojol Ditabrak Rantis Brimob, Siapa yang Bertanggung Jawab?” (Dok)
Susno Duadji Buka Suara: Tewasnya Driver Ojol Ditabrak Rantis Brimob, Siapa yang Bertanggung Jawab?” (Dok)

 


Ketikpos.com-Tragedi maut yang menewaskan Affan Kurniawan (21), seorang driver ojek online (ojol) di kawasan DPR/MPR, masih menyisakan luka mendalam. Affan tewas setelah tertabrak kendaraan taktis (rantis) Brimob saat kericuhan demonstrasi mahasiswa dan pelajar pecah di Senayan, Jakarta.
Kejadian ini menyalakan bara kemarahan publik. Media sosial penuh dengan tagar #PolisiPembunuhRakyat dan aksi solidaritas driver ojol mewarnai jalanan ibu kota. Di tengah riuhnya tuntutan masyarakat, muncul suara penting dari Susno Duadji, mantan Kabareskrim Polri.
Pria yang pernah dijuluki “Polisi Cicak vs Buaya” ini menegaskan: jangan buru-buru menyalahkan, biarkan hukum bekerja.


Pandangan Susno Duadji: “Keadilan Harus Berdiri di Tengah”

Dalam wawancara eksklusif bersama salahsatu TV swasta, Susno menyampaikan sikapnya dengan nada hati-hati. Ia memahami amarah publik, tetapi mengingatkan agar tragedi ini tidak ditelan emosi semata.
“Jangan langsung tunjuk hidung. Jangan langsung bilang Brimob salah atau rakyat yang salah. Kita harus melihat kronologinya utuh, faktanya jelas, dan proses hukumnya berjalan. Keadilan harus berdiri di tengah,” ujar Susno.
Menurutnya, ada beberapa aspek penting yang harus dipahami:
1. Kondisi Lapangan yang Kacau
Demonstrasi besar di depan DPR kala itu sudah berlangsung ricuh. Lemparan batu, bom molotov, hingga gas air mata membuat situasi sulit dikendalikan. Dalam kondisi seperti itu, kata Susno, kesalahan prosedural bisa saja terjadi.
2. Tanggung Jawab Komando
Bukan hanya pengemudi rantis yang harus diperiksa, tetapi juga rantai komando di lapangan. “Apakah perintahnya jelas? Apakah situasinya memungkinkan untuk berhenti total? Atau ada miskomunikasi? Semua harus dibuka,” tegasnya.
3. Hak Korban & Keluarga
Meski meminta publik tenang, Susno menegaskan bahwa nyawa Affan tidak bisa dianggap sepele. Negara, katanya, harus hadir memberi kompensasi dan jaminan hukum untuk keluarga korban.


Menyentil Polri: Belajar dari Masa Lalu

Susno, yang dikenal vokal dalam mengkritik institusinya sendiri, mengingatkan bahwa kasus ini berpotensi menggerus kepercayaan publik terhadap Polri.
“Polisi itu tugasnya melindungi, bukan menakuti. Kalau rakyat sampai merasa musuhnya polisi, itu alarm bahaya. Institusi bisa hancur reputasinya,” katanya.
Ia menilai permintaan maaf Kapolri kepada keluarga korban adalah langkah tepat, tetapi belum cukup. Yang dibutuhkan adalah transparansi penyidikan dan akuntabilitas penuh di hadapan publik.


Salah Siapa? Perspektif Hukum dan Moral

Pertanyaan besar di benak publik: siapa yang harus bertanggung jawab?
Susno menjawab dengan perspektif hukum:
• Secara individu, pengemudi rantis harus diperiksa. Apakah ia lalai atau memang tidak punya pilihan lain dalam situasi kacau.
• Secara institusional, Polri wajib menanggung akibat, karena aparat bertugas atas nama negara.
• Secara moral, pemerintah ikut bertanggung jawab karena gagal menciptakan ruang aman bagi masyarakat sipil di tengah demonstrasi.
“Hukum harus tegas, tapi jangan lupa ada sisi moral. Jangan ada nyawa rakyat melayang hanya karena aparat lupa siapa yang mereka lindungi,” ucap Susno.


Gelombang Solidaritas & Respon Publik

Sementara itu, di luar ruang studio, ribuan driver ojol melakukan aksi solidaritas. Mereka menyalakan lilin di lokasi kejadian, membawa foto Affan, dan menuntut keadilan.
Tagar #JusticeForAffan dan #RakyatVsAparat mendominasi lini masa Twitter/X. Para aktivis HAM menyebut peristiwa ini sebagai “uji serius” bagi Presiden Prabowo dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit.
Bahkan sejumlah anggota DPR ikut bersuara, meminta agar kasus ini tidak ditutup dengan “kambing hitam”.


Refleksi: Pesan Susno untuk Bangsa

Bagi Susno Duadji, tragedi ini bukan hanya soal satu nyawa, melainkan cermin hubungan rakyat dan negara.
“Kalau rakyat sudah takut keluar rumah karena ada polisi, itu berarti negara gagal. Polisi harus kembali pada jati dirinya: pelindung dan pengayom. Jangan jadi sumber ketakutan,” pungkasnya.
Pesan ini menegaskan betapa rapuhnya kepercayaan publik yang sedang diuji. Bagi banyak orang, tewasnya Affan adalah simbol luka bangsa: seorang anak muda pekerja keras, korban benturan antara rakyat dengan aparat.


Menunggu Keadilan

Kasus ini kini berada di meja hukum. Tujuh anggota Brimob sudah diperiksa, Kapolri berjanji transparansi, Presiden memberi teguran. Tapi pertanyaan publik masih sama: benarkah hukum akan tegak?
Di tengah keraguan itu, suara Susno Duadji menjadi pengingat: keadilan tak boleh dikorbankan. Tragedi Affan harus menjadi momentum reformasi kepolisian, bukan sekadar kasus yang hilang ditelan waktu.

(as)
Tagar: #JusticeForAffan #SusnoDuadji #PolriReformasi #DriverOjol #RantisBrimob

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X