Kedua perusahaan tersebut telah menandatangani nota kesepahaman dengan Countrywide Hydrogen untuk mengkaji pembangunan PLTS di KEK Karimun. Investasinya mencapai USD6 miliar. Proyek itu juga memiliki tujuan untuk menyediakan energi bersih untuk memenuhi kebutuhan lokal sebelum mengekspor listrik ke Singapura melalui 400 kV kabel bawah laut. Potensi pasar listrik negeri jiran itu tentu sangat potensial.
Proyek PLTS terapung Cirata adalah bagian dari upaya mengejar bauran energi baru terbarukan (EBT) semakin besar dibandingkan pemakaian energi fosil. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. Indonesia menargetkan memiliki kapasitas EBT sebanyak 10,6 GW pembangkit EBT baru pada 2025.
Dari total kapasitas itu, sebanyak 1,4 GW di antaranya merupakan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), dan 3,1 GW berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Sementara itu, porsi pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) 1,1 GW, pembangkit listrik tenaga surya 3,9 GW, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) 0,5 GW dan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBio) 0,6 GW.(***)