Di Indonesia, kanker serviks menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perempuan dan keluarga mereka, lebih dari 103 juta perempuan berusia lebih dari 15 tahun berisiko terkena penyakit ini. Penyakit ini merupakan jenis kanker terbesar kedua pada perempuan, sekitar 36.000 wanita terdiagnosis setiap tahunnya.
Selain itu, sekitar 70 persen dari seluruh perempuan yang didiagnosis, berada pada stadium lanjut. Sehingga angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia tergolong tinggi, dengan sekitar 21.000 kematian pada 2020.
RAN Eliminasi Kanker Serviks merupakan strategi komprehensif untuk memperkuat sistem kesehatan nasional di Indonesia, memperluas akses terhadap pencegahan dan teknologi perawatan yang lebih maju, dan menghilangkan hambatan terhadap intervensi kanker serviks yang berakar pada tantangan sosial, pembiayaan, budaya, sosial dan struktural.
RAN ini diluncurkan dalam acara yang diselenggarakan oleh United States (U.S.) Chamber of Commerce, bekerja sama dengan Kemenkes RI, APEC Cervical Cancer Initiative, dan Kementerian Kesehatan.
Para mitra memperkuat komitmen mereka terhadap eliminasi kanker serviks di Indonesia dan seluruh perekonomian APEC dengan mendiskusikan tindakan nyata yang dapat dilakukan secara kolektif untuk mempercepat kemajuan menuju tujuan “90-70-90” WHO pada 2030
Direktur Eksekutif Inisiatif Global untuk Kesehatan dan Ekonomi Kamar Dagang AS Varnee Murugan menyoroti bagaimana rencana aksi nasional ini sangat menunjukkan peran kolaborasi pemerintah-swasta, memanfaatkan keahlian pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil untuk menciptakan solusi kesehatan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Sebagai tuan rumah APEC pada 2023, Amerika Serikat merupakan mitra berharga dalam Rilis RAN Kanker Serviks. Indonesia sepakat memperkuat kerja sama dan komitmen untuk meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia.(***)