Bambang Ekalaya, Seorang Pejuang yang Terbuang

photo author
DNU
- Sabtu, 23 Desember 2023 | 07:04 WIB
Turut berduka atas berpulangnya Bambang Ekalaya (Dok)
Turut berduka atas berpulangnya Bambang Ekalaya (Dok)

_Hey sahabat yang terbuang engkau sahabatku tetap sahabatku_
_Engkau sahabatku tetap sahabatku_ . . . . . .

##############

Syair lagu _*Engkau Tetap Sahabatku*_ dari *Iwan Fals* diatas sedikit cara untuk menggambarkan perjuangan sahabatku Bambang Ekalaya, yang hari ini Jumat 22 Desember 2023 menghembuskan nafas terakhirnya.

Sekitar pukul 17.00 istri almarhum, Tina biasa dipanggil, menghubungi istriku. Persahabatan kami juga sampai persahabatan istri kami dan bahkan anak kami. Oleh karenanya bukan sekedar sahabat. Bahkan lebih.
Dalam perjalanan ke ciamis, untuk urusan keluarga, saya tersentak, kaget dan sedikit bingung mendengar kabar duka dari istri almarhum. Sebab pagi hari jumat sekitar pukul 07.00, almarhum masih memposting di W.A.G.

Setiap hari sahabatku Bambang, BE para sahabat dekatnya biasa memanggil, memosting berbagai hal, mulai dari issue politik hingga humor humor segar untuk mengisi waktu.

Pertemuan saya terakhir dengan almarhum, di rumah saya, tepat seminggu yang lalu, yaitu jumat 15 Desember. Bersama Gian dan Fenta, kami berempat diskusi berat hingga ringan sambil menikmati makanan khas palembang.

Kondisi kesehatan BE dalam beberapa tahun terakhir menurun sejak kadar gula darah tinggi dan terkena serangan stroke.

############

Perkenalan saya dengan BE lebih kurang terjadi sekitar tahun 1994 - 1995. Bersama almarhum Desmon J Mahesa, almarhum BE dan saya ikut menjadi peserta simposium lingkungan hidup di Palembang. BE peserta dari Lampung sementara Desmon peserta dari Kalsel.

Dalam acara tersebut, selain acara resmi lingkungan hidup, kami, saat itu sebagai aktivis muda, juga mendiskusikan untuk membangun gerakan aktivis muda guna merespon situasi politik di bawah orde baru yang menurut penilaian kami saat itu makin menjadi rezim yang anti kritik dan sarat KKN serta kejam dan bengis terhadap rakyat. Kami saat itu memilih berada di posisi untuk membela rakyat yang tertindas dan terzalimi.

Namun ternyata KKN, korupsi dan kebengisan serta kekejaman terhadap rakyat, hingga hari ini masih terus terjadi. Dan celakanya teman-teman BE yang dulu bersama berjuang di barisan rakyat, saat ini justru berada di barisan para penindas dan tidak terlihat ikhtiar melalui kekuasaan yang sedang mereka pegang selaku the ruling class untuk memperjuangkan yang dulu selalu mereka teriakan.

BE ini seorang yang tangguh, ketika Aceh tengah bergolak, dia dengan kemahiran selaku investigator, bisa masuk ke daerah konflik di Aceh tanpa terdeteksi. Hasil kerja BE di Aceh inilah yang kemudian saya lanjutkan. Jadi BE sebagai perintis untuk memulai perjuangan dengan perspektif HAM, masuk ke Aceh di tengah intensitas konflik yang tinggi antara GAM dan TNI saat itu.

Saya hanya melanjutkan kerja rintisan BE di Aceh dengan menjadi direktur LBH Banda Aceh merangkap koordintor Kontras Aceh.

Lalu di tahun 1999-2000, di tengah meletusnya konflik Ambon, lagi lagi BE terjun sebagai investigator ulung di tengah konflik Ambom untuk mencari informasi akurat dari kedua belah pihak. Dan Alhamdulillah, BE berhasil dalam penugasan baik di Aceh maupun di Ambon.

Dengan background sebagai aktivis HMI, di tahun tahun 1995 hingga 1998, ketika masa krisis politik dan ekonomi saat itu, BE menjadi salah satu pemain kunci dalam pergerakan kelompok aktivis muda saat itu. Bahkan saat peristiwa penculikan aktivis pada tahun tahun tersebut, BE menjadi salah satu yang mengadvokasi kasus penculikan tersebut melalui payung YLBHI dan Kontras.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X