Solidaritas Pers Sumsel Bangkit: Dari Kepala Babi untuk Tempo, Hingga Ancaman ke Media Lokal

photo author
DNU
- Jumat, 28 Maret 2025 | 18:00 WIB
Pimpinan KetikPos.com, Muhamad Nasir
Pimpinan KetikPos.com, Muhamad Nasir

Taufik Wijaya, tokoh pers Sumsel yang kini bekerja di Mongabay, menganalisis bahwa tekanan terhadap pers tak lepas dari kepentingan ekonomi dan politik.

"Tempo punya rekam jejak mengungkap kasus besar. Jadi, pengiriman kepala babi ini bukan sekadar teror biasa. Bisa jadi ada kepentingan bisnis, pengelolaan sumber daya alam, atau pihak ketiga yang ingin mengadu domba," katanya.

Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Sumsel, Agus Harizal Alwie Tjikmat, menegaskan bahwa ancaman terhadap jurnalis bukan hal baru.

"Saya pernah diancam akan disiram cuka para hanya karena memberitakan kasus korupsi. Jadi, yang dialami Tempo itu sebenarnya sudah sering terjadi pada media lain, hanya saja tidak selalu terekspos," katanya.

Dari perwakilan Tempo, Reza Hardiawan menyampaikan apresiasi atas dukungan yang diberikan oleh jurnalis di Sumsel.

"Saat ini Tempo juga sedang mencari tahu siapa yang berada di balik pengiriman paket tersebut. Kami berharap kasus ini diusut tuntas agar tidak menjadi preseden buruk bagi kebebasan pers di Indonesia," ujar Reza.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sumsel, menegaskan bahwa pemerintah harus mengambil sikap tegas untuk melindungi pers, terutama di awal pemerintahan yang baru.

"Peralihan dari pemerintahan sipil ke militer sering kali diikuti dengan kekhawatiran terhadap kebebasan pers. Jika pemerintah tidak segera bertindak, bisa jadi ini menjadi ancaman yang lebih besar di masa depan," katanya.

Ali Goik dari Gandus TV mengingatkan bahwa kebebasan pers bukan hanya kepentingan jurnalis, tetapi juga masyarakat.

"Sejarah membuktikan bahwa pers dan aktivis selalu beriringan dalam memperjuangkan kebebasan. Kalau pers dibungkam, masyarakat juga yang akan kehilangan haknya untuk mendapatkan informasi yang jujur," katanya.

Kesepakatan utama dari pertemuan ini adalah perlunya perlawanan bersama terhadap intimidasi dan kekerasan terhadap jurnalis.

KPMS Sumsel berencana mengeluarkan pernyataan sikap resmi serta melakukan langkah-langkah konkret untuk mendukung kebebasan pers, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Ancaman terhadap Majalah Tempo telah membuka mata banyak pihak bahwa kekerasan terhadap pers masih menjadi ancaman nyata di Indonesia. Bagi media di daerah, intimidasi bukanlah hal baru.

Namun, kasus Tempo memberi pelajaran penting: solidaritas bisa menjadi senjata ampuh untuk melawan ketidakadilan.

Dari Sumatera Selatan, pesan kuat disampaikan: Pers tidak boleh dibungkam!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X