Kwitang Membara! Ledakan Petasan, Gas Air Mata, dan Panggung Protes di Depan Mako Brimob, Sorotan Tajam Mahfud MDm

photo author
- Minggu, 31 Agustus 2025 | 06:56 WIB
Kwitang Membara! Ledakan Petasan, Gas Air Mata, dan Panggung Protes di Depan Mako Brimob, Sorotan Tajam Mahfud MDm (Dok)
Kwitang Membara! Ledakan Petasan, Gas Air Mata, dan Panggung Protes di Depan Mako Brimob, Sorotan Tajam Mahfud MDm (Dok)

Ketikpos.com - Kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, berubah jadi panggung besar ketegangan. Ribuan massa, sebagian besar driver ojek online, mahasiswa, dan warga, turun ke jalan menuntut keadilan atas tewasnya Affan Kurniawan, pengemudi ojol yang terlindas kendaraan taktis Brimob di Penjompongan.

Apa yang bermula sebagai aksi damai, berujung jadi ledakan sosial. Dentuman gas air mata, kobaran api halte TransJakarta, hingga lemparan Molotov mewarnai ibu kota. Kwitang pun “membara”, sebuah simbol kemarahan rakyat kecil yang merasa dikhianati oleh negara.

Dari Aksi Damai ke Medan Bentrokan

Awalnya massa berkumpul di depan Mako Brimob Kwitang dengan spanduk sederhana: “Keadilan untuk Affan!” dan “Hidup Ojol!”.
Namun, siang menjelang sore, ketegangan memuncak.
• Pukul 10.00 WIB – Massa mulai memenuhi kawasan Mako Brimob.
• Pukul 14.50 WIB – Batu, petasan, hingga Molotov mulai dilempar ke arah aparat.
• Pukul 15.00 WIB – Polisi membalas dengan tembakan gas air mata, memaksa massa mundur ke arah Tugu Tani dan Simpang Senen.
• Pukul 23.00 WIB – Ruko-ruko sekitar Kwitang dijarah, pos polisi terbakar, halte TransJakarta rusak parah.

Kawasan Kramat Kwitang–Monas pun ditutup total. Jakarta malam itu bagai kota dengan dua wajah: riuh perlawanan di jalanan, dan hening penuh ketakutan di rumah warga.

Kerusakan: Luka Kota dan Luka Sosial

Kerusuhan menyisakan kerugian besar:
• Infrastruktur: Halte TransJakarta terbakar, layanan lumpuh.
• Ekonomi: Ruko dan toko kecil dijarah.
• Psikologis warga: Gas air mata masuk ke rumah-rumah, anak-anak batuk, pedagang ketakutan.

Siti, pedagang warung di Kwitang, bercerita lirih:
“Saya tutup warung dari siang. Asap gas air mata masuk rumah, anak-anak saya menangis. Kami cuma ingin hidup tenang.”

Sementara Bambang, driver ojol yang ikut aksi, menegaskan:
“Kami bukan mau rusuh. Kami cuma mau keadilan buat teman kami. Kalau aparat terus keras, massa juga bisa balik keras.”

Negara Turun Tangan: Pangkostrad Menjadi Penengah

Ketegangan makin tinggi ketika Pangkostrad Letjen TNI Mohammad Fadjar turun langsung ke lokasi.
Dengan wajah tegas, ia mendatangi massa:
“Aspirasi bisa disampaikan, tapi jangan merusak fasilitas umum. Ini rumah kita bersama.”

Kehadiran TNI, baik Kostrad maupun Marinir, sedikit meredam emosi massa. Namun, pertanyaan besar tetap menggantung: Apakah hadirnya tentara menenangkan atau justru menunjukkan kegagalan polisi mengendalikan situasi?

Mahfud MD Bicara: Negara Jangan Arogan

Mantan Menko Polhukam dan pakar hukum tata negara, Mahfud MD, memberikan komentar tajam soal tragedi Kwitang. Menurutnya, akar persoalan bukan sekadar bentrokan, tapi runtuhnya rasa keadilan rakyat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X