KetikPos.com, New York — Aula besar Majelis Umum PBB mendadak senyap saat Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengutip kalimat legendaris Thucydides: “the strong do what they can, the weak suffer what they must.”
Namun, Prabowo tak berhenti di situ. Ia menantang doktrin itu di hadapan dunia.
“Kita harus menolak doktrin ini. PBB ada untuk menolak doktrin ini. Right cannot be might. Right must be right,” tegasnya, suaranya bergema di antara ribuan diplomat, kepala negara, dan pemimpin dunia.
Luka Sejarah Indonesia Jadi Cermin Dunia
Prabowo tak sekadar berpidato diplomatis. Ia membuka luka sejarah bangsanya. “Selama berabad-abad, rakyat Indonesia hidup di bawah penjajahan, penindasan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih rendah dari anjing di tanah air kami sendiri.”
Kalimat itu membuat hadirin seakan dibawa menembus masa lalu: sebuah bangsa yang bangkit dari kolonialisme, kini berdiri di podium tertinggi dunia, menegaskan posisinya sebagai juru bicara keadilan global.
Janji Kirim 20.000 Pasukan Perdamaian
Prabowo juga menyampaikan komitmen konkret: Indonesia siap mengirim 20.000 pasukan perdamaian ke Gaza, Ukraina, Sudan, hingga Libya. “Di mana pun perdamaian perlu ditegakkan, putra-putri Indonesia siap hadir,” ujarnya, disambut tepuk tangan hangat.
Tak hanya pasukan, Indonesia juga berjanji menambah kontribusi finansial untuk misi perdamaian PBB.
Dari Sawah Nusantara ke Palestina
Di tengah isu geopolitik dan keamanan, Prabowo menyelipkan capaian domestik: Indonesia kini swasembada beras dengan cadangan pangan tertinggi dalam sejarah. Bahkan, negeri ini sudah mengekspor beras ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk Palestina.
“Kami yakin, dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia,” ucapnya optimistis.
Alarm Iklim dari Jakarta
Prabowo lalu menggugah kesadaran dunia tentang krisis iklim. Ia menyebut pesisir utara Jakarta tenggelam lima sentimeter setiap tahun.
“Bisakah Anda bayangkan sepuluh tahun lagi? Dua puluh tahun lagi?” tanyanya retoris.
Solusinya, pemerintah sedang membangun Tanggul Laut Raksasa 480 kilometer dari Banten hingga Jawa Timur, serta menargetkan net zero emission sebelum 2060.