Sorotan Khusus Pakar IDAI: Hidupkan Kantin Sekolah, Jangan Terus Andalkan Dapur Massal MBG

photo author
- Jumat, 26 September 2025 | 16:46 WIB
Sorotan Khusus Pakar IDAI: Hidupkan Kantin Sekolah, Jangan Terus Andalkan Dapur Massal MBG (dok)
Sorotan Khusus Pakar IDAI: Hidupkan Kantin Sekolah, Jangan Terus Andalkan Dapur Massal MBG (dok)

KetikPos.com, Jakarta – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang sebagai solusi perbaikan gizi nasional kini justru menjadi buah bibir karena kasus keracunan massal.

Ribuan siswa di berbagai daerah tumbang usai menyantap makanan gratis dari dapur massal, membuat otoritas kesehatan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).

Alih-alih menyehatkan, program ini malah menimbulkan paradoks. Bukan hanya ribuan korban yang dirawat, tetapi juga keberadaan kantin sekolah yang kian terpinggirkan. Banyak pedagang mengaku sepi pembeli sejak siswa diwajibkan mengonsumsi jatah MBG.

Kritik Tajam IDAI: Kantin Bisa Jadi Solusi

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), menilai pemerintah perlu meninjau ulang sistem distribusi MBG. Menurutnya, kantin sekolah yang sudah ada seharusnya bisa dihidupkan kembali agar makanan lebih segar dan aman.

“Kenapa tidak menghidupkan kantin sekolah? Dengan begitu, anak-anak bisa mendapat makanan yang hangat pada jam makan siang,” ujarnya dalam webinar IDAI, Kamis (25/9).

Ia menegaskan, semakin panjang jeda antara proses memasak dan konsumsi, semakin besar risiko kontaminasi.

Bahaya Jeda Waktu dan SOP Longgar

Hal senada disampaikan dr. Yogi Prawira, Sp.A(K), yang mengingatkan bahwa makanan matang tidak boleh dibiarkan lebih dari 4 jam di suhu ruang. Ia juga menekankan pentingnya standar suhu masak sesuai aturan internasional—ayam minimal 74 derajat celsius, ikan 63 derajat, dan telur harus matang sempurna.

“Kalau penyebabnya bukan dari bahan makanan tapi dari tangan pekerja yang terkontaminasi, jumlah korban biasanya tidak sebanyak ini,” jelas Yogi.

Investigasi: Dapur Bermasalah Ditutup

Badan Gizi Nasional (BGN) pun mengakui adanya pelanggaran SOP. Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menyebut dua dapur di Bandung Barat ditutup karena terbukti menyiapkan makanan jauh sebelum waktu aman konsumsi.

“Memasak itu maksimal enam jam harus langsung disantap. Kalau lewat, risiko keracunan tinggi,” tegas Nanik.

Gelombang Korban Terus Meluas

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X