Biasanya, perajin akan membuat terlebih dulu polanya di atas kertas kotak-kotak khusus jika akan menyulam dengan teknik kristik. Menggambar pola di atas kertas khusus sulam juga dapat dilakukan jika menggunakan teknik sulam silang (cross stitch). Kemudian adalah tahapan finishing, yakni melilit jalur-jalur benang dengan satu kali lilitan.
Ini dimaksudkan supaya memperkuat jalur benang yang tidak disulam, sehingga hasil akhir sulaman terlihat rapi dan kokoh. Semakin penuh lilitan benang di dalam satu lubang, maka harga sulaman akan bernilai tinggi. Dibutuhkan waktu 3--30 hari untuk mengerjakan satu produk sulaman dengan motif besar. Sepintas, teknik seperti dicontohkan tadi mirip seperti yang dikembangkan para perajin sulam terawang di Bukittinggi.
Karawo sendiri banyak diaplikasikan pada kain baju kurung perempuan atau baju koko, serta bisa dijadikan hiasan dinding, taplak meja, atau sarung bantal. Motifnya dibedakan menjadi tunggal yang merepresentasikan suatu bentuk benda nyata atau simbol budaya dan berdiri sendiri. Selanjutnya motif kombinasi, terbentuk dari beberapa motif tunggal yang disatukan sehingga membentuk ragam hias yang lebih menarik.
Banyak Motif
Setiap desain dan motif, baik tunggal maupun kombinasi memiliki maknanya sendiri-sendiri. Setidaknya ada 25 motif yang saat ini telah dikembangkan para perajin karawo. Misalnya, motif pohon pinang yang bermakna sebagai pengayom atau mahkota (makuta) yang berarti berguna untuk orang lain.
Ada pula motif buaya (pemberi nasihat), motif alikusu (memegang teguh ajaran agama), motif senjata seperti parang, pedang, dan tombak. Kemudian ada motif kepingan mata uang yang berarti ulet atau terampil, atau motif cengkih yang bermakna tegar dalam menghadapi kehidupan.
Sehelai kain karawo aneka warna berukuran panjang 200 sentimeter dan lebar 115 cm saat ini di platform lokadagang daring (e-commerce) dijual pada kisaran harga Rp400.000-Rp700.000 bergantung motif dan jenis benangnya. Sedangkan jika sudah berbentuk pakaian, dihargai antara Rp1 juta-Rp4,5 juta per pakaian.
Keterampilan ini lebih banyak dikuasai oleh kalangan perempuan seperti ibu-ibu dan kurang diminati oleh anak-anak muda. Oleh sebab itu, sebagai langkah melestarikan kain karawo, maka sejak 2018 Pemerintah Provinsi Gorontalo mengadakan Gorontalo Karnaval Karawo. Selain melakukan fashion show memakai pakaian bermotif karawo di jalan protokol Kota Gorontalo, diadakan juga pelatihan desain karawo oleh Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo.
Kiprah kain karawo juga sudah menembus jagat mode dunia. Hal itu terjadi ketika dua perancang busana asal Gorontalo, yakni Yurita Puji dan Agus Lahinta, diundang untuk memamerkan rancangan mereka berbasis karawo pada acara Couture Fashion Week. Kegiatan itu menjadi bagian dari New York Fashion Week 2018 yang diadakan di kota pusat mode dunia, New York, Amerika Serikat.
Sementara itu, seperti dilansir website Pemprov Gorontalo, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Gorontalo Risjon Sunge mengatakan, kain karawo ikut ditampilkan pada ajang Indonesia Fashion Week 2023, 22--26 Februari 2023.
Indonesia.go.id (***)