Walaupun hadist-hadist itu sahih dan harus kita yakini, tapi boleh jadi itu terikat dengan pengalaman pada zaman Rasulullah SAW. Sebab tanda-tanda fisik itu dipengaruhi oleh faktor-faktor alamiah yang terjadi dalam situasi perubahan iklim tidak menentu, maka perubahan fisik itu tidak lagi dapat menjadi pedoman.
Firman Allah subhanahu wata’ala pada Al-Qur’an Surat Al-Qadr ayat 5,
سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ
Artinya: Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
‘Salam’ tersebut adalah ucapan yang pernah disampaikan oleh malaikat ketika akan menyampaikan kabar gembira kepada Nabi Ibrahim AS tentang kelahiran putra yang sangat didambakannya. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr Ayat 52,
إِذْ دَخَلُوا۟ عَلَيْهِ فَقَالُوا۟ سَلَٰمًا قَالَ إِنَّا مِنكُمْ وَجِلُونَ
Artinya: “Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: "Salaam". Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu".” (QS. Al-Hijr Ayat 52)
Dengan itu Nabi Ibrahim AS dan istrinya sangat gembira dan bersukacita. ’Salaam’ juga menyelamatkan Nabi Ibrahim AS dari panasnya kobaran api saat beliau dicebloskan ke dalam panasnya kobaran api oleh Raja Namrud. Allah subhanahu wata’ala mengatakan dalam dirman-Nya pada Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 69,
قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
Artinya: “Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",
Ibarat tamu agung, malam lailatul qadar hanya menjumpai jiwa-jiwa yang tersucikan yaitu orang-orang yang telah mempersiapkan diri menyiapkan hati dan jiwanya untuk menyambut kedatangannya dengan pelbagai amal-amal ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan. Lailatul qadar tidak hinggap kepada setiap orang, tetapi kepada mereka yang telah mempersiapkan hati dan jiwanya untuk menerima pantulan cahaya-cahaya malaikat.
Malam lailatulqadr sesungguhnya adalah perjumpaan antara dua cahaya yaitu cahaya langit yang terpantul dari para malaikat Allah subhanahu wata’ala dengan cahaya yang terpantul dari qalbu orang-orang mukmin yang telah mempersiapkan diri dengan segala amaliah Ramadhannya.
Sehingga daripada itu, lailatul qadr sesungguhnya adalah pertemuan dua cahaya, yaitu cahaya langit dan bumi yang kemudian memancarkan kedamaian bagi seluruh umat manusia. Cahaya tersebut bukan hanya terpancar sampai esok hari, tetapi cahaya dan kedamaian itu akan terpancar sampai terbit fajar di kehidupan kita hingga akhirat kelak.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Qadr ayat 4,
تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ