nasional

Malam Lailatul Qadar, Malam Penuh Berkah Ini Keistimewaan dan Keutamaannya

DNU
Minggu, 16 April 2023 | 07:09 WIB
Prof Dr KH Said Agil Husin Al-Munawar, MA (tangkapan layar @istiqlal.or.id)


 


Oleh : Prof. Dr. KH. Said Agil Husin Al-Munawar, MA

Ketikpos.com -- Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan. Salah satu di antaranya adalah Lailatul Qadr.

Satu malam yang oleh Al-Qur'an disebut "lebih baik daripada seribu bulan", dan dalam hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dinyatakan bahwa datangnya pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, karena ketika itu, diharapkan jiwa manusia yang berpuasa selama dua puluh hari sebelumnya telah mencapai satu tingkat kesadaran dan kesucian, memungkinkan malam mulia itu berkenan mampir menemuinya.

Tetapi, apa dan bagaimana malam itu? Apakah ia terjadi sekali saja yakni pada malam ketika turunnya Al-Qur'an lima belas abad yang lalu atau terjadi setiap bulan Ramadhan sepanjang tahun?

Bagaimana kedatangannya, apakah setiap orang yang menantinya pasti akan mendapatkannya?

Benarkah ada tanda-tanda fisik material yang menyertai kehadirannya, seperti membekunya air, heningnya malam dan menunduknya pepohonan, dan sebagainya? Serta masih banyak lagi pertanyaan yang sering muncul berkaitan dengan malam Lailatul Qadr itu.

Yang pasti, dan ini harus diimani oleh setiap Muslim berdasarkan pernyataan Al-Qur'an, bahwa "Ada suatu malam yang bernama Lailatul Qadr" dan bahwa malam itu adalah malam diturunkannya Al-Qur'an, dan merupakan "malam yang penuh berkah, sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur'an surat al-Dukhan ayat 3.

Malam tersebut terjadi pada bulan Ramadhan, karena Al-Qur'an diturunkan oleh Allah subhanahu wata'ala pada bulan Ramadhan sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 185. Malam tersebut adalah malam mulia, yang tidak mudah diketahui betapa besar kemuliaannya. Ini diisyaratkan oleh adanya "pertanyaan" dalam bentuk pengagungannya, yaitu kata "وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ"

Kalau dilihat pemakaian Al-Qur'an tentang hal-hal yang menjadi objek pertanyaan, maka semuanya adalah hal-hal yang sangat hebat dan sulit dijangkau hakikatnya secara sempurna oleh akal pikiran manusia. Hal ini tentunya termasuk Lailatul Qadr.

Secara gamblang, Al-Qur'an--demikian pula Al-Sunnah menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak pula mengetahui tentang yang gaib. Ini berarti bahwa "ma yudrika" digunakan oleh Al-Qur'an untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui, tak terkecuali oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri.

Sedangkan kata "wa ma adraka", walaupun berupa pertanyaan, namun pada akhirnya Allah subhanahu wata'ala menyampaikannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga informasi lanjutan dapat diperoleh dari beliau.

Hal tersebut berarti bahwa persoalan Lailatul Qadr harus dirujuk kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena di sanalah dapat diperoleh informasinya.

Kembali kepada pertanyaan semula, bagaimana tentang malam itu? Apa arti Lailatul Qadr dan mengapa malam itu dinamai demikian?

Halaman:

Tags

Terkini