Hasil pengujian menunjukkan, inovasi POC Darsa Rupawan dapat dipakai untuk menyuburkan padi, tanaman buah, sayur-sayuran, palawija, dan tanaman hias dan ini berdasarkan hasil penelitian.
Memang ide-ide kreatif acap muncul karena adanya desakan atau tuntutan dari lingkungan sekitar. Situasi seperti itu dialami oleh siswi SMK-Sekolah Menengah Analis Kimia (SMK-SMAK) Padang, Sumatera Barat, bernama Sylvi pada 2012.
Saat itu, ia merasa khawatir dengan dampak limbah darah sapi yang dihasilkan oleh sebuah rumah pemotongan hewan (RPH) yang berada di lingkungan tempatnya tinggal. Apabila limbah tersebut dibiarkan mengalir ke sungai, maka akan memberi dampak buruk bagi masyarakat sekitar. Dalam jangka pendek tentu akan menimbulkan bau tidak sedap di sekitar RPH dan lingkungan sekitar.
Kemudian berdampak kepada kualitas air sungai yang menjadi keruh dan berbau.
Dalam jangka menengah akan berdampak kepada kesehatan masyarakat, mulai dari risiko terkena penyakit kulit, hingga ancaman penyakit pernapasan akut. Sedangkan dalam jangka panjang, limbah darah sapi di sungai dapat menurunkan kadar oksigen air dan membuat ekosistem sekitarnya terganggu.
Sebagai gambaran, menurut data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumbar, terdapat 10 RPH yang diawasi keberadaannya selama ini. Tiap satu RPH mampu menyembelih 12 ekor sapi atau total 120 ekor per hari. Kegiatan tersebut menghasilkan 720--960 liter darah sapi setiap harinya.
Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa tujuh dari 10 RPH tadi belum memiliki prosedur pengelolaan lombah darah sapi pascapenyembelihan. Sehingga, hal ini membuat masyarakat sekitar RPH terganggu dengan bau busuk limbah darah sapi dan air yang tercemar.
Lewat pembelajaran analisis terpadu II, para siswa SMK-SMAK Padang dan pembimbing berkolaborasi menetaskan inovasi untuk mengolah limbah darah sapi menjadi pupuk organik cair. Inovasi itu lalu dinamai Pupuk Organik Cair Darah Sapi Rumah Potong Hewan atau disingkat POC Darsa Rupawan.
Berdasarkan hasil pengujian, inovasi ini dapat dipakai untuk menyuburkan padi, tanaman buah, sayur-sayuran, palawija, dan tanaman hias. Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Dody Widodo, dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu (26/6/2022). SMK-SMAK Padang merupakan salah satu sekolah vokasi yang dimiliki oleh Kemenperin.
Produksi Massal
Saat ini POC Darsa Rupawan sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia serta mendapatkan hak paten dengan nomor IDP000046551 pada 2017. Inovasi ini juga berhasil masuk dalam Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada Jumat (24/6/2022). Di lingkup Kemenperin sendiri, POC Darsa Rupawan masuk jajaran dua besar inovasi terbaik 2021.
Dody berharap inovasi POC Darsa Rupawan ini dapat menjadi solusi bagi permasalahan limbah darah sapi, dengan mengurangi limbah tersebut dan meningkatkan manfaatnya bagi lingkungan. Selain itu, juga dapat membantu para petani untuk pemupukan lahan pertanian dengan biaya yang lebih terjangkau, sehingga bisa turut menghemat biaya subsidi pupuk pemerintah.
Sebagai perbandingan, saat ini total harga subsidi pupuk per satu hektare sebesar Rp1,5 juta. "Dengan pupuk yang kita gunakan bisa menghemat sekitar Rp796 ribu. Karena total biaya produksi per hektare pupuk cair ini sebesar Rp744 ribu untuk 240 liter POC Darsa Rupawan,” ungkap Dody.
Sekjen Kemenperin memperkirakan penggunaan pupuk cair hasil inovasi SMK-SMAK Padang tersebut dapat menghemat subsidi pupuk hingga sebesar Rp1,4 triliun. Dody berharap, upaya yang telah dilakukan oleh SMK-SMAK Padang bisa diduplikasi ke seluruh penjuru Indonesia. Sehingga permasalahan limbah RPH di berbagai daerah bisa teratasi dengan inovasi tersebut.