Kluivert di Kursi Panas Garuda: Saat Statistik Bicara, Strategi Belum Bernyawa

photo author
- Senin, 13 Oktober 2025 | 04:09 WIB
Patrick Kluivert telah melakoni delapan laga bersama timnas Indonesia. (Dok PSSI) (Dok)
Patrick Kluivert telah melakoni delapan laga bersama timnas Indonesia. (Dok PSSI) (Dok)


KetikPos.com, Jakarta — Nama Patrick Kluivert datang ke Indonesia dengan aura bintang. Mantan striker Barcelona itu diharapkan bisa membawa sentuhan Eropa ke ruang ganti Garuda, membangun tim yang bukan hanya bersemangat, tapi juga berkarakter.
Namun sembilan bulan berselang sejak ia menandatangani kontrak, harapan itu masih sebatas cerita. Dua kekalahan beruntun di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia mengubur ambisi Indonesia untuk menulis bab baru dalam sejarah sepak bola nasional.
Babak Baru, Awal Pahit
Di Grup B yang berisi Arab Saudi dan Irak, Indonesia harus menelan pil pahit. Kekalahan tipis 2-3 dari Arab Saudi pada 9 Oktober 2025, disusul tumbangnya Garuda 0-1 dari Irak tiga hari kemudian, menempatkan tim di posisi juru kunci tanpa satu pun poin.
Skor memang tipis, tapi di balik itu terselip problem klasik: inkonsistensi dan daya tahan taktik yang belum matang.
Menakar Angka, Menimbang Progres
Sejak resmi diperkenalkan pada Januari 2025, Kluivert telah memimpin delapan pertandingan — dari laga uji coba hingga duel kualifikasi.
Statistiknya menunjukkan fase transisi yang belum stabil:
8 pertandingan
3 menang, 1 seri, 4 kalah
11 gol dicetak, 15 kebobolan
4 kali clean sheet
0 kemenangan tandang
Kemenangan terbesar: vs Taiwan (6–0)
Kekalahan terbesar: vs Jepang (0–6)
Hasil-hasil tersebut menggambarkan tim yang kadang memukau, kadang rapuh. Ada euforia kala menumbangkan China dan Bahrain, namun ada pula realitas keras saat dibantai Jepang.
Antara Cita dan Cermin
Publik pun mulai bertanya: apakah filosofi Kluivert sudah benar-benar menetes ke lapangan? Atau Garuda masih dalam tahap pencarian identitas di bawah pelatih Eropa yang baru beradaptasi dengan kultur Asia Tenggara?
Kluivert sendiri memilih melihat gelas setengah penuh.
“Kami berkembang pesat, baik individu maupun kolektif. Semua hasil ini adalah bagian dari proses,” ujarnya, dikutip dari Aawsat.
Sementara itu, Ketua Umum PSSI Erick Thohir tetap menegaskan apresiasinya. Dalam unggahan Instagram pribadinya, ia menulis permintaan maaf sekaligus kebanggaan karena Indonesia mampu mencapai babak keempat — sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Pertama kali dalam sejarah, Indonesia bisa sampai sejauh ini. Kami mohon maaf, mimpi Piala Dunia belum bisa kami wujudkan,” tulis Erick, Minggu (12/10).
Masih Ada Langkah Selanjutnya
Kegagalan memang pahit, tapi di baliknya tersimpan fondasi baru — sistem, pengalaman, dan pelatih yang tengah belajar memahami denyut sepak bola Nusantara.
Jika Kluivert mampu mengubah kerapuhan menjadi kedewasaan, mungkin bab berikutnya dari kisah Garuda akan lebih indah. Karena di dunia sepak bola, perjalanan menuju mimpi kadang lebih berarti daripada mimpinya sendiri.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X