KetikPos. Com -- Seminar dan Lokakarya (SEMILOKA) di Palembang menggagas Satgas Terpadu untuk menangani permasalahan banjir.
Dalam acara yang dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Himka, Yayasan Depati, Lintas Aktivitis Antar Generasi, Barikake 98 Kota Palembang, SumSel Budged Center, dan orasi bersama instansi terkait seperti Dinas PUPR dan DLH Kota Palembang, telah membahas perspektif tata ruang dalam penanganan banjir.
PJ Walikota Palembang, Drs. H. Ratu Dewa, membuka semiloka dengan menekankan pentingnya perencanaan tata ruang sebagai landasan pengembangan kota dan solusi terhadap banjir.
Ali Goik, Direktur Yayasan Depati, memandu acara dengan narasumber seperti Bapak Ir. H. Eddy Santana Putra, MT dari DPR-RI, Kepala Dinas PUPR Palembang Ir. H. Akhmad Bastari Yusak, Rektor Universitas Tamansiswa Palembang Dr. Azwar Agus, SH., M. Hum, dan Vebrian Putra Sofa Kadiv Kampanye Walhi Sumsel.
Kepala Dinas PUPR Kota Palembang, IR. H. Akhmad Bastari, menyoroti pentingnya penyesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan pertumbuhan kota, proyek nasional, dan investasi.
Meskipun Palembang memiliki 56 persen rawa, banjir tetap menjadi ancaman karena banyaknya saluran anak sungai yang langsung terhubung dengan sungai Musi.
Pemerintah setempat telah melakukan upaya gotong royong, pemantauan genangan, dan pengendalian ruang air.
Dalam konteks pengelolaan sampah, Drs. H. Akhmad Mustain, Kepala Dinas LHK Palembang, memaparkan strategi dengan program SPEL untuk mengonversi sampah menjadi energi listrik.
Sebagai langkah inovatif, lebih dari 300 bangunan telah dibongkar, dan apel gelar kesiapan banjir diimplementasikan.
Veriyanyo dari Badan Daerah Aliran Sungai memberikan gambaran tentang situasi DAS di Sumatera Selatan, sedangkan Walikota Ir. H. Eddy Santana Putra, MM, menyoroti faktor alam dan manusia yang memengaruhi banjir.
Vebrian Putra Sofa Kadiv Kampanye Walhi Sumsel menyampaikan keprihatinan terhadap kerusakan ekologi, sementara DR. Azwar Agus, Rektor UNITAS, menekankan pentingnya peran pemerintah dan kerja sama antara aktivis, masyarakat, pemerintah, dan akademisi.
Kesimpulan semiloka mengarah pada pembentukan Satgas Banjir yang melibatkan para stakeholder dalam penanganan banjir di Kota Palembang.
Langkah kedua adalah mereview program penanganan banjir untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitasnya.
Ini menciptakan dasar strategis untuk menghadapi tantangan banjir di masa depan.