KetikPos.com - Di tengah perbincangan tentang pariwisata, desa wisata Jatiluwih, Bali, telah menjadi sorotan utama.
Terletak di tengah gemerlap sawah terasering yang menakjubkan, Jatiluwih tidak hanya menjadi destinasi liburan biasa, tetapi juga melambangkan peralihan paradigma pariwisata dari kerumunan ke eksklusivitas, dari kerusakan ke kelestarian, dan dari konvensional ke kontemporer.
Mengambil tongkat estafet pembaharuan ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengumumkan upaya ambisius untuk mendorong pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di Jatiluwih.
"Kita tidak lagi hanya berbicara tentang jumlah wisatawan yang datang, tetapi juga tentang kualitas pengalaman yang mereka dapatkan," ungkapnya dengan semangat.
Tentu saja, pilihan Jatiluwih sebagai destinasi utama untuk menyambut delegasi World Water Forum ke-10, acara air terbesar di dunia yang akan digelar di Nusa Dua, Bali, bukanlah kebetulan.
Keputusan ini adalah pengakuan atas pesona alam dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Jatiluwih, serta komitmen Indonesia untuk memperkenalkan warisan budaya dan keindahan alamnya kepada dunia.
Jatiluwih bukanlah sekadar destinasi liburan biasa. Di balik keindahan alamnya yang memesona, desa ini menawarkan lebih dari sekadar pemandangan yang menakjubkan. Subak, sistem irigasi tradisional yang mengatur pertanian padi di Bali, menjadi jantung dari keberhasilan pertanian organik di Jatiluwih.
Dengan kualitas beras merah terbaik di Bali dan inovasi dalam produk olahan seperti teh beras yang memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa, Jatiluwih membuktikan bahwa keberlanjutan bisa diwujudkan sambil tetap menghasilkan kualitas terbaik.
Namun, keberlanjutan di Jatiluwih bukan hanya tentang pertanian organik atau pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana. Ini juga tentang melibatkan masyarakat lokal dan memastikan bahwa pembangunan pariwisata tidak merugikan lingkungan dan budaya setempat.
Dengan memperkenalkan konsep pariwisata berbasis masyarakat, Jatiluwih menjadi contoh nyata dari bagaimana keberlanjutan dan inklusi dapat berjalan beriringan.
Dan ketika kita berbicara tentang pengalaman wisata di Jatiluwih, kemungkinan tak ada habisnya. Mulai dari trekking di antara pesona sawah terasering yang menakjubkan, bersepeda menembus udara segar pedesaan, hingga demo masak dan kunjungan ke perkebunan kopi, alpukat, dan durian, Jatiluwih menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi setiap jenis pengunjung.
Dalam menyambut kedatangan delegasi World Water Forum, Jatiluwih akan berdandan dengan hiasan-hiasan tradisional dan mempersembahkan Tari Rejang, tarian khas Bali, untuk menyambut para tamu.
Para delegasi juga akan diajak menikmati hidangan khas Bali, Jaje Laklak, yang terbuat dari beras merah, sebagai bagian dari pengalaman budaya yang lengkap.
Namun, pengalaman wisata di Jatiluwih tidak akan lengkap tanpa prosesi melukat, sebuah tradisi keagamaan yang melibatkan penggunaan air suci untuk menyucikan jiwa.