KetikPos.com – Tak semua bintang bersinar di langit, sebagian bersinar di atas panggung — bahkan di atas kursi roda, atau di balik keterbatasan yang tak pernah membatasi semangat.
Semangat inilah yang diangkat oleh Komunitas Disabilitas Palembang saat bertemu langsung dengan Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, dalam sebuah audiensi hangat pada Selasa (22/07/2025), jelang peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh pada 28 Juli.
Dalam pertemuan itu, Ketua Pelaksana Komunitas, Kinan, menyampaikan rencana kegiatan bertema inklusi, mulai dari talk show bersama para terapis, hingga pentas seni oleh siswa-siswi SLB — ruang yang dirancang bukan sekadar sebagai hiburan, tapi sebagai panggung keberanian dan pengakuan.
“Alhamdulillah, saat ini sudah ada sekitar 50 anggota yang tergabung. Kami ingin terus tumbuh sebagai keluarga besar, saling menguatkan dan menunjukkan bahwa kami juga punya suara,” kata Kinan, penuh harap.
Kinan juga menyuarakan mimpi sederhana yang sering kali sulit didengar: agar difabel tak hanya dilihat, tetapi diakui. Ia berharap komunitasnya dapat diberi ruang nyata dalam tatanan sosial—dalam pendidikan, pekerjaan, bahkan dalam narasi pembangunan kota.
Mendengar itu, Ratu Dewa tak tinggal diam. Wali Kota Palembang tersebut menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh menutup mata. Ia memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan yang digagas komunitas, seraya menyatakan bahwa keadilan dan akses yang setara adalah hak semua warga.
“Tidak boleh ada perbedaan. Semua warga, termasuk penyandang disabilitas, harus punya kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi. Mereka bukan kelompok yang ditinggalkan, mereka bagian dari kita,” ujar Ratu Dewa tegas.
Baginya, kegiatan ini bukan hanya soal acara, tapi refleksi moral bagi seluruh masyarakat Palembang agar lebih terbuka, lebih menghargai keberagaman, dan lebih siap menyambut kontribusi dari siapa pun, tanpa kecuali.
Acara yang digagas oleh Rumah Disabilitas Palembang ini pun diharapkan menjadi titik balik: dari ruang sunyi menuju ruang ekspresi yang hidup, dari ketertutupan menuju panggung inklusi yang terbuka lebar.
Karena setiap anak — dengan segala keunikan dan keterbatasannya — berhak mendapat tempat untuk bersinar di atas panggung kehidupan.