KetikPos.com— Minggu pagi itu, Aula Balai Diklat Keagamaan Palembang tak seperti biasanya. Kursi-kursi penuh, wajah-wajah pelaku usaha tampak serius menyimak, sebagian menunduk mencatat. Bukan seminar biasa, melainkan ruang belajar baru: Literasi Sadar Halal.
Di balik acara yang digelar Satgas Halal Sumsel bersama BPJPH RI dan Komisi VIII DPR RI ini, tersimpan pesan penting: sertifikasi halal bukan hanya tanda stempel, melainkan modal masa depan usaha.
“Ini bukan sekadar aturan. Halal adalah identitas, sekaligus daya saing produk kita di pasar yang makin terbuka,” kata Chuzaemi Abidin, Deputi BPJPH, yang disambut anggukan para peserta.
Bagi pelaku UMKM, wacana itu terasa nyata. Seperti diceritakan seorang peserta, ia kerap ditanya konsumen soal label halal. “Kadang bingung jawabnya. Kalau ada sertifikat, tentu lebih tenang dan lebih dipercaya,” ucapnya saat jeda diskusi.
Data menunjukkan lebih dari 37 ribu produk di Sumsel sudah bersertifikat halal. Namun targetnya jauh lebih besar. Karena itu, kegiatan literasi ini tak hanya memberi pengetahuan, tapi juga membuka jalan praktis—bahkan tersedia layanan pendaftaran on the spot.
Staf Ahli Gubernur Sumsel, Kurniawan Abadi, yang hadir mewakili Gubernur, menegaskan bahwa kesadaran halal adalah bagian dari etika bisnis. “Label halal itu bukan hanya formalitas, tapi cermin tanggung jawab sosial,” ujarnya.
Di penghujung acara, suasana berubah hangat. Para peserta berebut bertanya, berbagi pengalaman, dan mencari solusi. Ada yang masih bingung proses administrasi, ada pula yang baru tahu soal pendampingan kolektif. Semua mengerucut pada satu hal: keinginan untuk maju bersama lewat jalur halal.
Bagi Sumatera Selatan, ini bukan sekadar program pemerintah. Literasi halal adalah langkah kecil tapi strategis menuju ekosistem halal yang lebih kuat, di mana pelaku usaha, konsumen, dan pemerintah berjalan beriringan. Dari aula di Palembang, sebuah gerakan tumbuh—gerakan menuju Sumsel yang lebih berdaya saing di panggung nasional dan global.