Ungkapan ‘mengencangkan sarung’ pada hadits di atas adalah bahasa kiasan yang menunjukkan Nabi mengurangi tidur bersama istri pada malam 10 hari terakhir Ramadhan demi lebih banyak beribadah.
2. Mengajak Orang Lain Qiyamullail Tidak saja dengan menggiatkan diri beribadah, kita juga dianjurkan mengajak orang lain untuk bersama menghidupkan malam 10 hari terakhir Ramadhan.
Dalam konteks keluarga, suami bisa membangunkan istrinya.
Dalam konteks yang lebih luas, seorang ustadz atau kiai bisa mengkoornidir jamaahnya untuk bersama hidupkan malam mulia ini.
Dasar kesunahan ini adalah hadits riwayat Sayyidah ‘Aisyah berikut, كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ Artinya, “Jika telah datang 10 hari yang terakhir (di bulan Ramadhan), Nabi ﷺ mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malamnya (dengan beribadah), dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah).” (HR Bukhari dan Muslim)
3. Perbanyak I’tikaf I’tikaf merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan pada momen ini.
Caranya adalah berdiam diri di dalam masjid dan menyibukkan diri dengan beribadah seperti shalat sunnah, berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan sebagainya.
Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Sayyidah ‘Aisyah berikut, أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ Artinya, “Dari ‘Aisyah ra, dia berkata, ‘Sesungguhnya Nabi saw beri’tikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai beliau wafat.’” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain riwayat Abu Hurairah disebutkan, كَانَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ عَشرَةَ أيَّامٍ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِيْ قُبِضَ فِيْهِ اِعْتَكَفَ عِشْرِيْنَ يَوْمًا
Artinya, “Nabi Muhammad saw selalu beri’tikaf pada sepuluh hari tetrakhir bulan Ramadhan. Kecuali bertepatan pada tahun kewafatannya, Nabi beri’tikaf selama dua puluh hari.”(HR Al-Bukhari).
4. Membersihkan Badan Salah satu anjuran ketika kita hendak beribadah adalah membersihkan tubuh dan memakai wewangian.
Demikian juga saat malam sepuluh terakhir Ramadhan, kita dianjurkan untuk melakukan ini.
Tentu dengan badan yang segar dan wangi akan lebih membuat kita lebih semangat dan khusyuk beribadah. Dalam hadits riwayat Sayyidah ‘Aisyah disebutkan, كَانَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ رَمَضَانُ قَامَ وَنَامَ فَإِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ الْمِئْزَرَ وَاجْتَنَبَ النِّسَاءَ وَاغْتَسَلَ بَيْنَ الْأَذَانَيْنِ وَجَعَلَ الْعِشَاءَ سَحُوْرًا
Artinya, “Ketika memasuki bulan Ramadhan, Rasulullah bangun malam (untuk beribadah) dan juga menggunakannya untuk tidur.
Begitu masuk sepuluh hari terakhir, beliau kencangkan sarung, menjauhi istri-istrinya (untuk beribadah), mandi antara dua adzan (dua waktu shalat magrib dan isya).” (RH Ibnu Abi ‘Ashim).