Martir Itu Bernama Affan

photo author
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 08:23 WIB
Ilustrasi pengemudi Ojol, Affan Kurniawan, saat tewas terlindas Rantis milik Brimob saat aksi unjuk rasa di Jakarta yang berlangsung hingga Kamis malam (28/8/2025).
Ilustrasi pengemudi Ojol, Affan Kurniawan, saat tewas terlindas Rantis milik Brimob saat aksi unjuk rasa di Jakarta yang berlangsung hingga Kamis malam (28/8/2025).

Martir” (martur) dalam bahasa Yunani berarti saksi. Dalam tradisi Kristen, martir adalah mereka yang mati mempertahankan iman. Dalam Islam, istilah serupa adalah syahid — gugur di jalan yang diyakini benar. Dari Roma kuno hingga Mekah, dari altar gereja hingga medan jihad, martir selalu lahir di persimpangan sejarah: saat kekuasaan menindas dan manusia memilih bertahan demi kebenaran.

Indonesia, negeri yang mengaku demokratis, ternyata juga terus melahirkan martir-martir baru. Nama mereka berderet dari Malari 1974, Trisakti 1998, Semanggi, Wamena, Paniai, hingga Kanjuruhan. Kini, di Senayan 28 Agustus 2025, daftar itu bertambah: Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, tewas tergilas kendaraan taktis Brimob saat demonstrasi di depan Gedung DPR RI.

Ia bukan tokoh besar, bukan aktivis terkenal. Ia hanyalah rakyat biasa yang ikut menyuarakan keresahan. Namun kematiannya menjadikannya saksi — martir baru demokrasi.

Martir sebagai Titik Balik

Sejarah martir selalu sama: mereka bukan memilih mati, tetapi keadaan memaksa mereka mati demi kebenaran. Affan Kurniawan kini masuk daftar itu.

Pertanyaan pentingnya:

Apakah kematiannya akan dibiarkan jadi statistik, atau diingat sebagai tanda seru sejarah?

Apakah pengorbanannya akan sia-sia, atau justru menjadi awal perubahan?

“Martir adalah saksi,” kata asalnya. Affan kini saksi bahwa demokrasi kita masih rapuh, bahwa rakyat kecil masih dipinggirkan, dan bahwa kekuasaan masih memilih represi daripada mendengar.

Sejarah tidak pernah berhenti pada darah yang tumpah. Ia selalu bergerak, mencari bentuk baru. Dan darah Affan bisa menjadi tinta yang menulis babak baru perlawanan rakyat Indonesia.


Pola Kekerasan yang Terulang

Affan gugur bukan karena kecelakaan semata, melainkan akibat pola lama yang terus berulang: represi aparat menghadapi aspirasi rakyat.

Kita masih ingat:

Tragedi Bawaslu 2019, ketika peluru menewaskan para demonstran.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X