opini-tajuk

Sainstisasi Tradisi Serasan Sekundang: Bagaimana Wujudnya?

DNU
Kamis, 10 Juli 2025 | 05:10 WIB
Dr M Sawaluddin MA, dosen UIN Raden Fatah Palembang (dok)

Dalam hal ini, nilai-nilai tradisi menjadi tidak hanya dilestarikan, tetapi juga diperkuat secara teoritis dan empiris dalam kerangka ilmu pengetahuan modern.

Untuk mendekati tradisi ini secara ilmiah, pemikiran Alfred Schutz menjadi salah satu pendekatan teoritis yang relevan. Schutz dalam teori fenomenologi sosialnya memperkenalkan konsep “dunia kehidupan” (Lebenswelt)—yakni realitas sosial yang dipahami dan dijalani bersama oleh individu dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, Serasan Sekundang adalah pengetahuan sosial yang terbentuk melalui proses intersubjektif dalam kehidupan komunitas. Melalui pendekatan ilmu pengetahuan, Serasan Sekundang dapat dipahami sebagai bagian dari ilmu pengetahuan lokal (local knowledge) yang bernilai epistemologis dan dapat disainstisasi.

Sainstisasi tradisi berarti menjadikan tradisi sebagai objek ilmiah yang dapat dikaji secara sistematis, rasional, dan kontekstual.

Nilai-nilai Serasan Sekundang dapat dianalisis melalui pendekatan sosiologis, antropologis, teologis, maupun pendidikan karakter. Proses ini tidak menghilangkan nilai tradisional, justru mengangkatnya menjadi sumber pengetahuan yang hidup dan kontributif dalam menjawab tantangan masyarakat modern.

Tradisi seperti Serasan Sekundang adalah bagian dari pengetahuan sosial yang terbentuk dalam interaksi, diwariskan secara kultural, dan dijalani sebagai sesuatu yang taken for granted. Dengan kata lain, Serasan Sekundang merupakan struktur makna kolektif masyarakat Muara Enim yang membentuk cara pandang mereka terhadap dunia, kehidupan, dan hubungan antar manusia.

Dalam perspektif Schutz, melakukan sainstisasi terhadap tradisi ini adalah proses penting untuk mengangkat pengetahuan yang tersembunyi dalam praktik sehari-hari ke dalam ruang akademik dan ilmiah.

Dengan demikian, falsafah Serasan Sekundang bukanlah sekadar warisan masa lalu, melainkan warisan hidup yang terus menata masa kini dan memberi arah bagi masa depan. Ia adalah narasi kultural yang menyatukan sosial, politik, agama, dan ilmu pengetahuan dalam satu tubuh nilai yang utuh.

Oleh karena itu, kajian mendalam terhadap tradisi ini bukan hanya penting untuk pelestarian budaya, tetapi juga untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan memperkuat fondasi kehidupan bermasyarakat yang lebih berkeadaban dan kontekstual

Halaman:

Tags

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB