Buku Bunga Rampai Beringin Loebay, (Bagian XV) PERSETERUAN PUYANG TUAN VS GARONG PASEMAH  

photo author
- Jumat, 12 September 2025 | 07:32 WIB
salah satu kuburan Puyang di Beringin (dok)
salah satu kuburan Puyang di Beringin (dok)

       

Konon dahulu kala Desa Beringin masih merupakan wilayah pemukiman kecil dimana masyarakatnya keturunan melayu suku lubai hidup di hamparan sungai lubai.

Zaman itu hiduplah seorang leluhur yang sakti, beliau punya kemampuan membantu orang-orang sakit.

Waktu itu pemukiman wilayah lubai pernah terganggu keamanannya karena kedatangan segerombolan garong atau perampok yang berasal dari daerah Pasemah, merampok di daerah lubai mulai dari bagian hulu sungai lubai sampai bagian hilir.

Di bagian hulu perkampungan Beringin tepatnya di perkampungan Aur para garong Pasemah merampok. Sampai salah satu alat kesenian Getok gandaian dihanyutkan ke sungai lubai, hanyut menyusuri sungai lubai akhirnya sampai ke perkampungan Beringin. Oleh masyarakat Beringin, diambil dan diselamatkan dan digunakan dalam acara-acara tertentu seperti persedekahan dan sebagai alat komunikasi umum.

Garong Pasemahpun melebarkan sayap penjarahannya ke bagian hilir, dalam perjalanan ketemu ampas tebu panjang, bekas digiling masyarakat. Mereka berpikir ini tebu habis dimakan orang, terbayang di pikiran mereka betapa besar mulutnya.

Terus menyusuri sungai Lubai, kemudian ketemu lagi batang bambu berdiri tegak habis dipancung ujungnya. Terpikirlah oleh mereka tentu orang ini tinggi, lantas mereka membayangkan bahwa orang di sekitar sungai Lubai badannya besar tinggi. Melihat mulutnya besar makan tebu dan badannya tinggi memancung batang bambu yang tinggi.

Petualangan menyusuri sungai Lubai ke bagian hilir sampai ke perkampungan Beringin. Muncul niatnya untuk melakukan perampokan, namun rencana itu diketahui oleh Puyang Tuan.

Kedatangan mereka disambut oleh Puyang Tuan dan masyarakat, dengan taktik diberi makan minum. Awalnya mereka disuguhi makan kerak nasi. Melihat hal tersebut, garong Pasemah jadi heran betapa hebat Puyang Tuan. Bisa menganyam nasi selebar itu, kemudian diberi makan buah mentari (buah ntahi, rasanya manis), dan saat minum terasa manis, minum lagi masih manis, menambah kebingungan mereka.

Saat itu, Puyang Tuan mengambil lauk ikan panggang (namanya ikan Pilok, seperti ular). Melihat itu semakin kaget garong Pasemah karena mereka melihat Puyang Tuan mengangkat sebilah keris yang menyala kemerahan.

Akhirnya, para gerombolan Pasemah dalam kebingungan dan rasa takut bercampur cemas. Mereka mengurungkan niatnya merampok perkampungan Beringin, terus menyusur petualangan ke bagian hilir.

Terlepas apakah ini cerita legenda, pahami dan ambil pembelajaran dari makna yang terkandung untuk kebaikan halayak umum.

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB
X