Desa Beringin merupakan ibu kota kecamatan, dimana masyarakatnya masih dominan melestarikan adat dan budaya leluhuru turun temurun, walaupun disana sini sekedar mengetahui tanpa mau tahu pemahamannya, sehingga dalam pelaksanaannya ada pergeseran dari sebagai mana mestinya berakibat sasarannyapun sering tidak maksimal.
Salah satu tradisi yang sering diadakan dalam acara puncak persedekahan perkawinan adalah lelang lebak lebung ayam ongkol dan kue.
Lelang ongkol diadakan sebagai bagian dari acara hiburan pada resepsi pernikahan.
Istilah Lelang Lebak Lebung merupakan cara lelang sungai, lebak lebung dari pemerintah setempat kepada masyarakat dimana pemenang lelang nantinya akan mendapatkan hak istimewa berupa penguasaan atas sungai, lebak lebung untuk mengelola hasilnya terutama ikannya.
Sistem lelang lebak lebung ayam ongkol adalah penawaran dengan harga tertinggi, penawar dengan harga tertinggi pertama akan mendapatkan imbalan berupa ayam ongkol plus minuman dan buah, dan paling tinggi kedua akan mendapatkan kue bolu plus minuman dan buah. Jika terjadi penawar tertinggi tidak ada penawar lainnya maka penawar akan mendapatkan imbalan keduanya berupa ayam ongkol dan kue bolu.
Acara lelang mengandung nilai seni dan hiburan, apa lagi manakala pembawa acara lelang pintar merayu pelelang dan membuat suasana memanas. Terjadi persaingan sengit antara pelelang, sehingga suasana menjadi seru, penawaran akan saling mengatasi penawar sebelumnya, sampai akhirnya didapatkan penawaran tertinggi sebagai pemenang lelang. Contoh, ada penawaran Rp 500.000 penawaran lainnya Rp 550.000, serang lagi Rp 560.000, sampai tertinggi.
Adapun tehnis lelang lebak lebung ongkol:
1. Petugas lelang memajang bahan lelangan berupa ayam ongkol
dan kue bolu, masing-masing dipegang oleh dara-dara cantik,
biduan dan kedua mempelai serta arahan aturan sistem lelang.
2. Pembawa lelang memandu lelang dengan lelang pertama harga
dasarnya ditetapkan oleh petugas di tangan panitia.
3. Harga dasar ditawarkan kepada pelelang atau undangan, dan
pelelang memberikan harga penawaran tentu diatas harga dasar,
pelelang memberikan penawaran lainnya, diatas harga pelelang
sebelumnya, demikian seterusnya sampai didapatkan harga
tertinggi. Contoh, harga dasar Rp 500.000, penawaran
Rp 550.000, Rp 560. 000, Rp 600.000, dan seterusnya sampai
didapat harga penawaran tertinggi dan harga paling tinggi. Namun
bila cuma didapat harga tertinggi maka pelelang akan
mendapatkan ayam ongkol dan kue bolu.
4. setelah mendapatkan harga tertinggi dan paling tinggi maka
petugas menetapkan pemenangnya dan memberikan ayam ongkol
kepada harga tertinggi dan kue bolu kepada harga paling tinggi,
setelah dilakukan pembayaran transaksi kepada panitia.
5. Semua hasil dari lelang disumbangkan kepada sohibul hajat
secara cuma-cuma untuk membantu biaya persedekahan.
6. Jika ada diantara pemenang lelang ,menyumbangkan ayam ongkol
atau kue bolunya maka dilakukan pelelangan kembali dan hasilnya
menambah sumbangan bagi sohibul hajat. Alhamdulillah …..
Tradisi lelang ini patut dilestarikan untuk memberikan hiburan dan menanamkan kegotong royongan, namun tetap menjaga nilai estetika dan gotong royong tidak bertujuan
komersial semata apalagi sangat disayangkan jika ada terselip unsur riya’.