opini-tajuk

Setiap Daerah Bedah, Kain Tenun Produk Kebudayaan Daerah di Indonesia

Senin, 13 Februari 2023 | 12:50 WIB
Kain Tenun (https://sintesakonveksi.com/info/kain-tenun/ikat/)

Teknik pewarnaan tenun nusantara dengan menggunakan pewarna alami, salah satunya, dilakukan oleh para perajin tenun di Waingapu, Sumba Timur, NTT. Di sana, warna-warna yang diaplikasikan pada kain tenun ikat diambil dari tanaman-tanaman endemik lokal. Seperti, tanaman wuira (nila), akar mengkudu, serta daun dan kulit lobak.

Bahan dasar warna biru (indigo) dibuat dari tanaman wuira atau nila. Dalam proses pewarnaan, tanaman wuira yang telah dipanen kemudian diremas, direndam dalam air, serta dicampur dengan kapur.

Rendaman tersebut dibiarkan selama beberapa hari sehingga menghasilkan endapan indigo. Penggunaan tanaman wuira di masa lalu, sangatlah terbatas. Pasalnya, hanya kaum perempuan yang boleh memanen dan mengolah tanaman tersebut.

Lalu, untuk menghasilkan warna dasar merah, perajin harus memproses akar mengkudu. Berbeda dengan proses indigo, bahan-bahan pewarna merah harus ditumbuk agak halus. Setelah itu, bahan-bahan tersebut direndam dan diaduk dalam air sehingga mengasilkan olahan seperti bubur.

Sebelum benang dicelupkan ke larutan pewarna merah, terlebih dahulu dilakukan proses perminyakan. Benang dicelupkan ke dalam larutan dari bahan-bahan alami seperti kemiri agar warna merah dari larutan mengkudu dapat lebih meresap ke dalam benang.

Sebelum dicelupkan ke dalam larutan, benang diberi gambar/motif. Motif yang dibuat umumnya adalah apa yang ada di sekitar mereka seperti hewan jenis kuda, buaya, burung, dan ayam.

Motif-motif yang dibuat memang memiliki makna dan ceritanya sendiri-sendiri. Semisal motif burung dan ayam, yang menjadi simbol musyawarah. Lalu ular dan udang sebagai simbol reinkarnasi.

Tahap selanjutnya adalah pencelupan benang ke dalam larutan warna. Pencelupan dilakukan beberapa kali sesuai dengan kepekatan warna yang dikehendaki. Benang yang dicelupkan ke larutan indigo dapat menghasilkan warna biru atau biru kehitaman, sementara benang yang dicelupkan ke larutan mengkudu dapat menghasilkan warna merah atau coklat.

Tahap akhir dalam rangkaian proses produksi kerajinan tenun adalah menenun benang-benang yang sebelumnya sudah dicelupkan dan dijemur hingga kering. Umumnya, penenun adalah para perempuan.

Proses menenun rata-rata membutuhkan waktu sekitar satu minggu hingga dua minggu.

Jika dihitung keseluruhan proses, dari tahap awal hingga menjadi sebuah kain, maka diperlukan waktu berbulan-bulan, bahkan bisa mencapai satu tahun, untuk menghasilkan sehelai kain tenun ukuran besar.

Jadi, mari kita lestarikan produk berbasis budaya lokal, ya! Indonesi.go.id (***)

 

Halaman:

Tags

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB