KetikPos.com - Strategi marketing politik yang diusung oleh sejumlah kandidat calon Gubernur Sumsel yang muncul saat ini dinilai mengalami kemunduran. Bahkan dianggap kurang kreatif dalam menyusun strategi dan gagasan dalam mengenalkan diri ke masyarakat.
Hal itu disampaikan pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lintas Politika Indonesia, Kemas Khoirul Mukhlis saat menjadi narasumber diskusi Talk Sriwijaya Community dengan Tema "Jelang Pilkada, Fenomena Politik dan Gagasan Urgen di Sumsel" di The Zuri Hotel Transmart, Sabtu (27/4).
"Saya menganggap strategi marketing komunikasi yang digunakan oleh beberapa kandidat dinilai cenderung masih menggunakan pendekatan konvensional, di mana para kandidat lebih mengedepankan identitas pribadi dan asal-usul tokoh daripada gagasan dan nilai yang dimiliki," kata Mukhlis.
Mukhlis menegaskan bahwa hal yang paling penting bagi calon pemimpin adalah mampu mengenalkan gagasan dan nilai yang dimilikinya kepada masyarakat.
Ketika gagasan tersebut tidak tersampaikan, politik uang masih tetap menjadi masalah yang mengemuka.
"Kami tidak melihat gagasan nyata yang menonjol dari para kandidat saat ini. Kalau seperti ini ya, masyarakat pasti bingung memilih calon pemimpin. Ujung-ujungnya mereka akan melihat harganya berapa," ucap dia.
Dalam konteks ini, Mukhlis memberikan contoh beberapa gagasan yang sukses menyentuh langsung ke masyarakat, seperti program makan siang dan susu gratis yang diusung oleh Prabowo Subianto pada Pilpres sebelumnya.
"Gagasan ini menyentuh langsung ke masyarakat, khususnya ibu-ibu dan pemilih pemula. Hingga mereka berhasil memenangkan Pilpres. Jadi tidak perlu terlalu besar, tetapi mengena dan menjadi solusi bagi masyarakat. Bahkan berhasil menjadi peraih suara terbanyak di Sumsel saat itu," terangnya.
Selain itu, Mukhlis juga mencontohkan bagaimana gagasan yang baik dapat memenangkan hati masyarakat untuk memilih. Seperti yang dilakukan mantan Gubernur Alex Noerdin dengan program sekolah dan berobat gratisnya.
"Banyak masyarakat yang menyukainya dan betul-betul merasakannya. Value-nya di masyarakat juga meningkat. Sehingga, ketika dia berlaga di Pileg, dia bisa menang walaupun tidak menggunakan uang," tandasnya.
Dengan kritik terhadap strategi marketing politik yang dianggap kurang kreatif, Mukhlis mengingatkan bahwa masyarakat membutuhkan gagasan yang konkret dan solutif dari para calon pemimpin, bukan hanya sekadar identitas dan deklarasi dukungan. (*)