Masyarakat Palembang Pilih Paslon Visioner dan Inovatif
Salah satu poin penting dari survei Arianto adalah mayoritas pemilih di Palembang, sebanyak 88,8%, memilih untuk mendukung paslon yang memiliki visi jelas, inovatif, dan menawarkan program-program yang dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Hal ini menjadi bukti bahwa dalam kontestasi politik, terutama di kota besar seperti Palembang, pemilih semakin cerdas dan tidak mudah dipengaruhi oleh isu-isu negatif yang seringkali hanya berfungsi sebagai distraksi dari persoalan utama.
Program yang menyentuh kebutuhan dasar masyarakat, seperti peningkatan layanan kesehatan, pendidikan, serta infrastruktur yang memadai, menjadi faktor penting bagi pemilih Palembang.
Mereka mengharapkan pemimpin yang dapat membawa perubahan nyata, bukan sekadar memainkan drama politik dengan cara menyebarkan tuduhan tak berdasar terhadap lawan.
Kampanye Hitam: Buruk untuk Pendidikan Politik Masyarakat
Arianto, yang memiliki lebih dari dua dekade pengalaman dalam menganalisis perilaku pemilih, menegaskan bahwa kampanye hitam tidak hanya merugikan paslon yang melakukannya, tetapi juga berpotensi merusak pendidikan politik masyarakat.
Kampanye negatif menciptakan polarisasi yang tidak sehat, di mana pemilih terpecah berdasarkan isu-isu yang tidak substansial, daripada terfokus pada kualitas dan kapasitas calon pemimpin.
Dengan menjamurnya informasi di era digital, masyarakat semakin rentan terhadap serangan kampanye hitam yang disebarkan melalui media sosial.
Namun, hasil survei di Palembang menunjukkan bahwa meskipun serangan kampanye hitam meluas, mayoritas pemilih tidak mudah terjebak dalam permainan isu tersebut.
Pemilih di Palembang lebih mengedepankan rasionalitas dalam memilih, mengutamakan calon yang menawarkan solusi konkret dan nyata bagi permasalahan yang mereka hadapi.
Imbauan untuk Para Paslon
Dalam menghadapi Pilkada yang semakin dekat, Arianto mengingatkan para paslon untuk tidak menggunakan taktik kampanye hitam sebagai senjata politik.
Sebab, selain berdampak buruk bagi pendidikan politik, taktik ini terbukti tidak efektif dalam meningkatkan elektabilitas.
Sebaliknya, fokus pada program nyata, visi yang jelas, dan inovasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat jauh lebih dihargai oleh pemilih.