politik-eksbis

Blunder 17+8, Perdana Menkeu Purbaya: Dari “Suara Kecil” ke Janji Besar Pemulihan Ekonomi

Kamis, 11 September 2025 | 06:23 WIB
Dalam hitungan jam, potongan video ucapannya menjadi viral. Nada yang dimaksudkan sebagai penjelasan, justru ditafsirkan sebagai pelecehan aspirasi masyarakat yang tengah menjerit karena harga melambung, daya beli tergerus, dan pekerjaan semakin sulit (dok)

Ketika Kata Menjadi Bumerang

Ketikpos.com - Baru beberapa hari duduk di kursi panas Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa sudah harus menghadapi badai kritik. Sebuah kalimat yang meluncur di hadapan publik, menyebut bahwa tuntutan massa “17+8” hanyalah suara “sebagian kecil rakyat”, langsung meledak di jagat maya.

Dalam hitungan jam, potongan video ucapannya menjadi viral. Nada yang dimaksudkan sebagai penjelasan, justru ditafsirkan sebagai pelecehan aspirasi masyarakat yang tengah menjerit karena harga melambung, daya beli tergerus, dan pekerjaan semakin sulit. Kritik deras berdatangan: dari aktivis mahasiswa, ekonom senior, hingga politisi oposisi.

Bagi seorang pejabat baru, ini bukan sekadar insiden komunikasi. Ini adalah blunder politik yang berpotensi merusak kepercayaan publik sebelum ia benar-benar bekerja.


“Saya Salah, Saya Minta Maaf”

Kesadaran akan besarnya efek domino membuat Purbaya tak menunggu lama. Dalam konferensi pers berikutnya, ia tampil lebih tenang.

“Jika kemarin saya salah ngomong, saya minta maaf.”

Klarifikasi ini menandai langkah pertamanya merajut kembali simpati publik. Ia menjelaskan bahwa maksudnya bukan meremehkan, melainkan menekankan bahwa banyak warga sedang menghadapi kesulitan ekonomi. Jika ada yang sampai turun ke jalan, menurutnya, itu justru menandakan persoalan yang lebih luas, bukan kecil.


Sebuah revisi yang lebih jujur, lebih manusiawi.


Janji Konkrit: Ekonomi Pulih, Rakyat Sibuk Bekerja

Di balik permintaan maaf itu, Purbaya menyelipkan visi besar. Ia berjanji mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan membuka lapangan kerja. Targetnya jelas: pertumbuhan 6–7 persen.

“Kalau rakyat sudah sibuk bekerja, mereka tidak perlu lagi turun ke jalan,” tegasnya.
Kalimat ini bisa ditafsirkan sebagai optimisme, tetapi juga tantangan. Karena yang ditunggu publik bukan sekadar permintaan maaf atau janji di atas kertas, melainkan hasil nyata: turunnya angka pengangguran, stabilnya harga kebutuhan pokok, dan meningkatnya daya beli.


Dari “Koboi” ke Menteri yang Belajar Adaptasi

Uniknya, Purbaya sendiri mengakui ia masih belajar. Ia menyebut dirinya “menteri kagetan”. Di tempatnya yang lama, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), gaya bicara ceplas-ceplos tidak menjadi masalah. Kini, setiap kata bisa jadi peluru kritik.

Halaman:

Tags

Terkini

Kejaksaan RI telah Bertransformasi & Mereformasi Diri

Rabu, 19 November 2025 | 12:23 WIB