ketikPos.com – Sejumlah pengendara dibuat geleng kepala. Stasiun pengisian bahan bakar milik Shell dan BP-AKR masih nihil pasokan. Di Jakarta hingga Palembang, papan digital SPBU hanya menyala tanpa ada aliran bensin.
Dalam pernyataan resminya, Shell Indonesia bahkan tak bisa memastikan kapan pasokan kembali normal. “Produk bensin Shell tidak tersedia di beberapa SPBU hingga waktu yang belum dapat dipastikan,” tulis perusahaan itu, Rabu (17/9/2025).
Jawaban Pemerintah: Sederhana, Kembali ke Pertamina
Menteri Investasi sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, memberi solusi instan.
“Kalau ada yang masih kurang, ya silakan beli di Pertamina. Barangnya ada di kilangnya, habiskan dulu stoknya,” ujarnya.
Nada ucapannya terkesan ringan, namun sarannya menyimpan ironi. Dalam kondisi BBM langka di SPBU swasta, masyarakat justru diarahkan untuk kembali ke satu-satunya pemain dominan: Pertamina.
Pertanyaan yang Tak Terucap
Kekosongan di SPBU swasta ini membuka pertanyaan lebih dalam:
Apakah rantai distribusi energi di Indonesia masih terlalu berat sebelah?
Mengapa pemain swasta kesulitan menjaga pasokan, sementara Pertamina tetap jadi rujukan utama?
Apakah ada persoalan regulasi, kuota impor, atau sekadar strategi dagang?
Konsumen Jadi Korban
Bagi masyarakat, pilihan kian menyempit. Harga BBM di SPBU swasta selama ini kerap jadi alternatif — entah karena kualitas, pelayanan, atau sekadar ketersediaan. Kini, opsi itu hilang.
Pada akhirnya, publik dipaksa menelan kenyataan: BBM di Indonesia masih sepenuhnya berputar di orbit Pertamina. Swasta hanyalah satelit kecil yang sewaktu-waktu bisa padam.