politik-eksbis

Drama BBM: VIVO & APR Urung Beli, Pertamina Tegaskan Etanol Bagian Transisi Energi

Minggu, 5 Oktober 2025 | 02:16 WIB
Pertamina buka suara soal kandungan etanol dalam BBM setelah sejumlah perusahaan swasta batal membeli 40 ribu barel BBM. (Unsplash/aldrinrachmanpradana) (Dok)


KetikPos.com, Jakarta – Rencana pembelian 40 ribu barel bahan bakar murni (base fuel) dari Pertamina oleh dua badan usaha swasta, VIVO dan APR (joint venture BP–AKR), resmi kandas. Alasan utamanya: kandungan etanol 3,5 persen dalam produk Pertamina.
Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, membenarkan batalnya transaksi itu.
“VIVO membatalkan untuk melanjutkan. Akhirnya tidak disepakati lagi. APR pun akhirnya sama. Jadi tidak ada semua,” ujar Achmad di Senayan, Jakarta, Rabu (1/10).
Etanol 3,5% Jadi Sorotan
Menurut Achmad, etanol dalam BBM Pertamina sebenarnya masih sangat aman dan legal. Regulasi memperbolehkan hingga 20 persen kandungan etanol dalam campuran bensin.
“BBM Pertamina ada etanol 3,5 persen. Itu sah secara regulasi,” jelasnya.
Namun, keputusan VIVO dan APR mundur justru menyoroti bagaimana sebagian pelaku usaha masih melihat etanol sebagai “isu teknis” alih-alih bagian dari tren global.
Pertamina: Ini Praktik Global
Corporate Secretary Pertamina, Roberth MV Dumatubun, menegaskan pencampuran etanol adalah praktik terbaik yang sudah berlaku internasional. Etanol, kata dia, berasal dari tumbuhan seperti tebu dan jagung, sehingga ramah lingkungan.
“Dengan etanol, emisi gas buang kendaraan bisa berkurang. Ini praktik global, bukan eksperimen,” ujarnya.
Sebagai pembanding:
AS: Mewajibkan E10 (10% etanol), bahkan ada E85 untuk kendaraan fleksibel.
Brasil: Campuran etanol tebu hingga 27% jadi standar.
Uni Eropa: Prancis, Jerman, Inggris sudah pakai E10 sesuai kebijakan Renewable Energy Directive.
India: Targetkan campuran 20% etanol pada 2030.
Transisi Energi & Komitmen Net Zero
Pertamina menegaskan tetap konsisten mendukung target Net Zero Emission 2060. Bahan bakar bercampur etanol disebut bukan hanya soal bisnis, tapi juga komitmen transisi energi.
“Indonesia siap mengikuti praktik terbaik internasional demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” tegas Roberth.
Pertanyaan Publik: Siapa yang Tertinggal?
Dengan regulasi yang jelas dan bukti global yang kuat, keputusan mundurnya VIVO dan APR justru menimbulkan pertanyaan: apakah swasta masih ragu melangkah dalam era transisi energi, atau justru Pertamina yang melaju lebih cepat dari pasar?

Tags

Terkini

Kejaksaan RI telah Bertransformasi & Mereformasi Diri

Rabu, 19 November 2025 | 12:23 WIB