daerah

Gurihnya Suara Anak Muda dalam Pilkada Sumsel dan Strategi Merebutnya

DNU
Selasa, 25 Juni 2024 | 20:55 WIB
Arif Ardiansyah (Dok)

Oleh Arif Ardiansyah

*Dosen dan jurnalis, penikmat masalah sosial, politik, dan budaya


Ardi, sebut saja demikian, seorang anak muda yang tengah asyik menggulir layar ponselnya di sebuah kafe.

Di tengah riuh rendah berita politik yang biasanya membosankan, tiba-tiba matanya tertumbuk pada sebuah video lucu dan menghibur dari seorang politikus yang berbicara dengan gaya kekinian dan penuh humor.

Ardi tertawa terbahak-bahak dan tanpa sadar mulai memperhatikan pesan yang disampaikan.

Dalam hitungan detik, politikus tersebut telah berhasil mencuri perhatian Ardi, bukan hanya dengan pesan yang disampaikan, tetapi juga dengan cara penyampaiannya yang berbeda dari biasanya.

Inilah contoh nyata betapa pentingnya gaya komunikasi politik yang mampu menarik minat kalangan muda.

Melalui pendekatan yang segar dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, para pemimpin politik dapat menjangkau hati generasi muda yang selama ini cenderung apatis terhadap dunia politik.

Ardi adalah anak muda yang akan memilih dalam kontestasi Pilkada Sumsel mendatang. Anak seusia Ardi begitu banyak, menengok data Pemilu 2024 dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Sumatera Selatan (Sumsel) yang berjumlah sebanyak 6.326.384 orang.

Angka itu didominasi pemilih muda yang mencapai 3.422.205 atau 54,09 persen. Dari jumlah itu, kalangan pemilih pemula atau Gen Z (kelahiran 1997 - 2012) yang masuk dalam DPT sebanyak 1.192.024 orang (18,84 persen).

Sementara dari kalangan pemilih milenial (kelahiran 1981 - 1996) sebanyak 2.230.181 orang (35,25 persen). Artinya, lebih dari separuh DPT Sumsel didominasi oleh pemilih pemula atau Gen Z, yakni 1.192.024 (18,84 persen) dan pemilih milenial 2.230.181 (35,25 persen). Gurih, bukan?

Memahami Preferensi Komunikasi Kalangan Muda
Kalangan muda merupakan segmen pemilih yang sangat penting dalam setiap pemilihan umum.

Mereka tidak hanya memiliki jumlah yang signifikan, tetapi juga cenderung lebih kritis dan selektif dalam memilih pemimpin politiknya.

Oleh karena itu, memahami preferensi komunikasi mereka menjadi sangat penting bagi para politikus dan partai politik.

Halaman:

Tags

Terkini