daerah

Dorong Hilirisasi Padi, Ketua Komisi II DPRD Sumsel Minta Bulog Bangun Rice Milling di Sentral Produksi

DNU
Sabtu, 8 Maret 2025 | 17:43 WIB
Ketua Komisi II DPRD Sumatera Selatan (Sumsel), Ayu Nur Suri, SE., MM. (Dok Ist/KetikPos.com)

KetikPos.com – Ketua Komisi II DPRD Sumatera Selatan (Sumsel), Ayu Nur Suri, SE., MM., menyoroti lemahnya penyerapan gabah lokal dan minimnya perlindungan harga bagi petani. Ia meminta Perum Bulog Kanwil Sumsel-Babel segera membangun fasilitas penggilingan padi (rice milling) di sentra produksi.

Hal tersebut jelas bertujuan untuk memutus dominasi tengkulak, mempercepat hilirisasi, dan menjaga harga gabah tetap stabil.

"Sumsel ini penghasil padi besar, tapi petaninya terus dirugikan karena Bulog belum punya rice milling sendiri. Selama ini kita cuma jadi penonton permainan harga di lapangan.

Baca Juga: Mentan Andi Amran Tegaskan Harga Gabah Tak Boleh di Bawah HPP

Sudah saatnya Bulog turun tangan penuh, dengan alat produksi sendiri," tegas Ayu dalam rapat koordinasi penyerapan gabah bersama stakeholder dan OPD terkait di Ruang Rapat Komisi II DPRD Sumsel, Selasa (04/03/25).

Diungkapkan Ayu, untuk Tahun 2025, Sumsel diperkirakan menghasilkan 2,9 juta ton gabah kering panen. Ironisnya, dari angka itu, Bulog hanya mampu menyerap sekitar 160 ribu ton beras. 

Baca Juga: Pemerintah Pastikan Gabah Petani Dibeli Sesuai HPP untuk Lindungi Kesejahteraan Petani

Artinya, sebagian besar hasil panen petani dilepas ke pasar bebas tanpa perlindungan harga, dan celah itu dimanfaatkan tengkulak.

"Bayangkan, produksi kita nyaris 3 juta ton, tapi Bulog cuma serap segitu. Sisanya kemana? Jelas jatuh ke tangan tengkulak. Kalau begini terus, petani kita tidak akan pernah sejahtera," ujar Ayu.

Parahnya lagi, sambung Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumsel ini, Bulog Sumsel hingga kini tak memiliki satupun fasilitas rice milling.

Baca Juga: Petani Mulai Panen, Presiden Nyatakan HPP Gabah Masih Dihitung

Seluruh proses penggilingan masih menggantungkan diri pada pihak ketiga, yakni 23 pengusaha penggilingan padi yang terikat kontrak. Kondisi ini membuat Bulog kesulitan menjaga standar kualitas, efisiensi biaya, hingga kontrol harga.

“Kalau Bulog punya rice milling sendiri, semua rantai produksi bisa dikendalikan. Harga lebih stabil, kualitas lebih terjamin, petani juga tidak lagi dipaksa menjual murah karena tidak ada pilihan lain,” tambahnya.

Baca Juga: Cek Harga Gabah, Presiden Hampiri Petani

Halaman:

Tags

Terkini