Sumber:
- Gelfand, M. J., Leslie, L. M., & Fehr, R. (2013). Culture and conflict: The portrayal of intra- and intercultural conflict in popular films across cultures. Journal of Cross-Cultural Psychology, 44(6), 841-865.
3. Mengendalikan Emosi:
Emosi yang tinggi dapat memperburuk konflik. Saat berada dalam situasi konflik, usahakan untuk tetap tenang dan mengendalikan emosi Anda.
Beri diri Anda waktu untuk merenung dan mengambil napas dalam-dalam sebelum merespons secara emosional.
Berbicaralah dengan tenang dan jangan biarkan emosi menguasai Anda.
Menahan diri dari tanggapan impulsif dapat membantu mencegah eskalasi konflik yang tidak perlu.
Sumber:
- Gross, J. J. (2015). Emotion regulation: Current status and future prospects. Psychological Inquiry, 26(1), 1-26.
4. Mencari Solusi Bersama:
Berkolaborasilah dengan pasangan atau orang terdekat Anda untuk mencari solusi yang saling menguntungkan.
Fokus pada masalah, bukan pada pribadi masing-masing.
Diskusikan berbagai opsi dan cari solusi yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan kedua belah pihak.
Jika perlu, pertimbangkan melibatkan pihak ketiga yang netral sebagai mediator untuk membantu memfasilitasi proses penyelesaian konflik.
Sumber:
- Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (2019). Cooperative learning: Effective teaming for high performance. In Handbook of Research on Human Development in the Digital Age (pp. 495-512). IGI Global.
Mengelola konflik dalam hubungan pribadi membutuhkan kesabaran, pemahaman, dan komunikasi yang efektif.
Dengan menggunakan strategi seperti komunikasi yang baik, pemahaman perspektif lain, pengendalian emosi, dan pencarian solusi bersama, kita dapat meminimalkan konflik dan memperkuat ikatan dengan pasangan atau orang terdekat kita.
Dengan pendekatan yang bijaksana, konflik dapat menjadi peluang untuk pertumbuhan pribadi dan perbaikan hubungan.