KetikPos.com -- Herman Deru dan Syahrial Oesman, dua sosok tokoh Sumsel yang sepertinya berselaput misteri.
Terkadang dekat bergandengan, ada kalanya berseberangan meski mungkin tak bermusuhan.
Karier politik Herman Deru dimulai pada tahun 1999, ketika ia mencalonkan diri sebagai Bupati Ogan Komering Ulu (OKU). Meskipun kalah tipis dengan Syahrial Oesman, ia tidak menyerah dan terus berjuang untuk meraih posisi politik terbaik di daerah.
Tak sukses meraih jabatan Gubernur OKU Induk, Herman Deru akhirnya berhasil terpilih sebagai Bupati Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur) pada Pilkada 2005, berpasangan dengan Kholid Mawardi, yang diusung oleh Partai Bulan Bintang (PBB) dan PNBK.
Ketika itu, Syahrial Oesman menjabat GUbernur Sumsel periode 2003-2008, mengalahkan H Rosihan Arsyad.
Baca Juga: Seminggu Jelang Pencoblosan: ADO Sumsel Siap Kawal Kemenangan HDCU dan RDPS di Pilkada 2024
Di OKU Timur, Herman Deru dan Kholid Mawardi berhasil memenangkan Pilkada dan memulai kepemimpinannya yang inovatif dan progresif.
Selama dua periode berturut-turut (2005-2010 dan 2010-2015) sebagai Bupati OKU Timur, Herman Deru sukses mengembangkan daerah tersebut. Ia dikenal dengan kebiasaannya yang unik, yaitu sering melakukan "blusukan" ke desa-desa untuk mendengarkan langsung keluhan dan aspirasi rakyat.
Inilah yang membuatnya sangat populer di kalangan masyarakat bawah. Ia lebih memilih turun ke lapangan dan berinteraksi langsung dengan rakyat, ketimbang hanya duduk di kantor pemerintahan.
Gelar pun didapukkan ke Herman Deru, Bupati 25. Artinya, dua hari di kantor dan lima hari di lapangan bersama rakyat dalam seminggu.
Pada masa kepemimpinannya, OKU Timur mengalami berbagai perubahan positif, mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, hingga pembangunan infrastruktur.
Salah satu kebijakan kontroversial namun sangat dihargai oleh masyarakat adalah pengenalan penggunaan bahasa daerah Komering dan Jawa di Kabupaten OKU Timur.
Pada tanggal 5 setiap bulan, masyarakat diharapkan menggunakan Bahasa Komering, pada tanggal 15 menggunakan Bahasa Jawa, dan pada tanggal 25 menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah lainnya. Kebijakan ini tak hanya menjaga kelestarian budaya lokal, tetapi juga mempererat ikatan sosial antara masyarakat OKU Timur.
Herman Deru, yang lahir di Belitang, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, pada 17 November 1967, merupakan seorang politisi dan pemimpin yang dikenal sangat dekat dengan masyarakat. Beliau adalah anak ke-6 dari 14 bersaudara, yang berasal dari keluarga yang bekerja keras di pedesaan.